Ini akan sangat signifikan dalam pencapaian target asumsi makro. Dampak perubahan TDL terjadi fluktuasi. Perubahan tarif di 2013 pun justru menurunkan konsumsi dan ini sudah terjadi
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman menyatakan rencana pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) sangat berpotensi mempengaruhi pemulihan dan pertumbuhan ekonomi.

“Kebijakan penyesuaian TDL ini pemerintah mesti berpikir ulang dan menghitung ulang serta memilih dan memilah apa kah sudah tepat,” katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu.

Terlebih lagi, Rizal menuturkan pemerintah juga telah mengurangi jatah subsidi listrik dari Rp61,5 triliun berdasarkan outlook 2021 menjadi Rp56,5 triliun dalam RAPBN 2022.

Tak hanya itu, ia menyebutkan berdasarkan pengalaman kenaikan TDL pada 2013 juga membuktikan bahwa kebijakan tersebut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Rizal menjelaskan kenaikan TDL akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga yang merupakan kontributor utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu lebih dari 60 persen.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I tahun ini pun belum mencapai 5 persen padahal dibutuhkan pertumbuhan di atas 5 persen untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen.

Secara rinci, Rizal mengestimasikan penerapan tarif adjustment pelanggan nonsubsidi akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga sebesar minus 0,2 persen dan terhadap PDB sebesar 0,11 persen.

“Ini akan sangat signifikan dalam pencapaian target asumsi makro. Dampak perubahan TDL terjadi fluktuasi. Perubahan tarif di 2013 pun justru menurunkan konsumsi dan ini sudah terjadi,” jelasnya.

Baca juga: PKS minta Pemerintah tunda kenaikan tarif dasar listrik
Baca juga: Pemerintah godok skema pemberian langsung subsidi listrik
Baca juga: LaNyalla minta PLN beri keringanan listrik untuk masyarakat

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022