Dengan penurunan angka penurunan COVID-19, Sri Mulyani menyebut kondisi perekonomian Indonesia juga membaik.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan angka penularan COVID-19 yang rendah di Indonesia bukanlah hal yang wajar karena di sejumlah negara penyebarannya masih tinggi.

"Jadi kita jangan menganggap bahwa jumlah COVID-19 yang rendah ini sudah wajar, tidak juga karena banyak negara masih 'struggle' untuk menurunkan COVID-19. Kalau jumlah COVID-nya menurun, kita bisa lihat masyarakat mulai melakukan kegiatan, dan itu artinya seperti kemarin 84 juta masyarakat mudik pasti menimbulkan kegiatan ekonomi," kata Sri Mulyani di Istana Wakil Presiden Jakarta, Rabu.

Sri Mulyani menyampaikan hal tersebut seusai menghadiri Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Pusat yang dipimpin Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Sri Mulyani diketahui juga baru terpapar COVID-19 dan harus melakukan karantina mandiri setelah melakukan kunjungan kerja di Amerika Serikat pada awal Mei 2022.

"Setiap minggu kita monitor, seperti yang dilakukan Bapak Presiden di sidang kabinet sehingga pandemi kita ini sekarang sudah menurun sangat tajam. Bandingkan di Amerika, yang saya baru saja ke sana dan tertular COVID di sana, saya tidak 'underestimate' capaian kita yang baik atau RRT yang sekarang masih bergulat untuk menekan jumlah COVID-nya," tambah Sri Mulyani.

Berdasarkan data worldometers.info, kasus aktif Amerika Serikat saat ini masih mencapai 1.694.563 kasus sedangkan di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) adalah 7.568 kasus.

Dengan penurunan angka penurunan COVID-19, Sri Mulyani menyebut kondisi perekonomian Indonesia juga membaik.

"Kondisi ekonomi rumah tangga secara bertahap akan membaik terutama kelompok menengah bawah karena kalau menengah atas, dilihat dari indikator Dana Pihak Ketiga, tabungan mereka di perbankan sebetulnya tumbuh 10 persen," ungkap Sri Mulyani.

Sri Mulyani menyebut yang harus dilakukan adalah menjaga agar angka COVID-19 tetap rendah.

"Yang kedua, ini ada tantangan baru, inflasi seluruh dunia naik karena ada permintaan terhadap komoditas yang melonjak karena negara-negara maju ekonominya pulih cepat ditambah dengan perang di Ukraina. Kedua, inflasi yang tinggi pasti akan menyebabkan respon kebijakan moneter yaitu kenaikan suku bunga. PR kita masih ada dan harus kita selesaikan sekaligus muncul tantangan baru," jelas Sri Mulyani.

Sedangkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperkirakan kenaikan COVID-19 pasca Lebaran tidak akan tinggi.

"Apakah nanti kalau Lebaran bisa naik apa tidak, aku rasa kemungkian naik, kenapa? Karena banyak interaksi tapi kenaikannya tidak usah bikin panik karena sekarang kita sudah di level 300 kemaren naik ke 900 ya aku bilang itu masih di level sangat rendah sekali, kalau dibandingkan Amerika yang sudah tenang-tenang dengan 100 ribu per hari dari penduduk yang 330 juta," kata Budi Gunadi.

Budi menyebut selama angka penambahan COVID-19 masih di bawah 10 ribu kasus per hari maka masih masuk kategori normal.

"Jadi artinya seperti DBD, kalau dia naik, ya OKlah, tapi nanti turun, kolera naik, turun lagi," ungkap Budi Gunadi.

Berdasarkan data Satgas COVID-19 per 10 Mei 2022, total kasus terkonfirmasi positif di Indonesia bertambah 456 kasus sehingga total kasus mencapai 6.049.141 kasus. Sedangkan kasus aktif COVID-19 di Indonesia mencapai 5.855 kasus.

Kasus sembuh juga bertambah 659 sehingga totalnya mencapai 5.886.870 kasus sementara pasien meninggal bertambah 20 orang menjadi total 156.416 sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia pada Maret 2020.

Sedangkan untuk vaksinasi yang dilakukan, pemerintah telah menyuntikkan vaksin dosis pertama COVID-19 di Indonesia sejumlah 199.352.565 dosis, dosis kedua yang sudah disuntikkan adalah sebanyak 165.707.687 dosis dan vaksinasi ke-3 mencapai 41.133.856 dosis.
Baca juga: Epidemiolog: Jangan terlena dan tetap lakukan prokes usai lebaran
Baca juga: Epidemiolog: Perubahan status pandemi harus mengarah ke terkendali
Baca juga: Hasil tes usap, 11 tenaga pendidik di Depok positif COVID-19

 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022