Jakarta (ANTARA) - Indonesia boleh saja tersisih dari Piala Uber 2022, namun tim kali ini telah memberi pesan kepada dunia bahwa Indonesia sudah meretas jalan untuk siap menjadi yang terbaik dalam sektor putri, terutama tunggal putri di mana Indonesia lama tak mendominasinya.

Setelah tim Uber Indonesia menggulung Prancis dan Jerman masing-masing 5-0 sebelum menyerah 1-4 kepada Jepang dalam penyisihan grup, laman badan bulu tangkis dunia, BWF, mengupas tim putri Indonesia dalam judul "Eye on future, Indonesia's young women impress".

BWF dan komunitas bulu tangkis global terkesan oleh performa tim putri Indonesia dalam Piala Uber 2022, terutama karena kiprah pemain-pemain muda belianya yang belum dikenal bulu tangkis dunia.

​​​​​Tentu saja ada juga pemain-pemain yang sudah tak asing bermain dalam level dunia pun yang turut unjuk kemampuan membela Indonesia dalam turnamen bulu tangkis beregu yang sangat bergengsi ini.

Di antara muka baru Indonesia yang mendapatkan sorotan luas adalah barisan tunggal putrinya yang semuanya berusia di bawah 20 tahun.

Komang Ayu Cahya Dewi yang berperingkat 203 berusia 19 tahun tujuh bulan. Aisyah Sativa Fatetani yang berperingkat 329 baru genap 19 tahun bulan ini, sedangkan Bilqis Prasista yang berperingkat 333 baru 18 tahun.

Baca juga: Bilqis membuat kejutan dengan tumbangkan Akane si peringkat satu dunia

Dari sektor ganda, ada Melani Mamahit yang berumur 19 tahun 7 bulan, serta Tryola Nadia 20 tahun, Lanny Tria Mayasari dan Jesita Putri Mayasari yang semuanya berusia 20 tahun.

Namun di antara itu semua, adalah Bilqis Prasista yang paling menyita perhatian.

Sekalipun dia kalah dari He Bing Jiao dalam partai ketiga perempat final Indonesia melawan China, cara bermain pebulu tangkis muda ini amat pantas diapresiasi dan sekaligus bisa membesarkan harapan pecinta bulu tangkis di negeri ini.

Bermain ulet nan sabar, cerdik dalam bermanuver dan menempatkan bola, ditambah memiliki pukulan relatif komplit serta pertahanan yang solid, Bilqis merebut gim pertama dengan 21-19.

Namun dia sepertinya memiliki kelemahan dalam bermain net, paling tidak dalam laga melawan He Bing Jiao itu.

Baca juga: Indonesia ditekuk China 0-3 di perempat final Piala Uber

Dan kelemahan ini tampaknya dianalisis betul oleh pelatih He hingga kemudian tunggal putri kedua China itu balik menekan Bilqis pada gim kedua yang sebenarnya bisa saja menjadi milik Bilqis andai dia tak banyak melakukan kesalahan sendiri.

Padahal, setelah menumbangkan peringkat satu dunia Akane Yamaguchi sehari sebelum dijajal He, Bilqis menyatakan salah satu kunci kemenangannya dari Yamaguchi adalah "jangan banyak mati sendiri".

Dia memang menerapkan apa yang menjadi kunci kemenangannya dari Yamaguchi itu pada gim pertama melawan He, dan juga pada bagian-bagian penting gim kedua, khususnya saat berusaha bangkit menyusul He. Namun pada gim ketiga ceritanya menjadi lain.

Gim ketiga menjadi antiklimaks bagi Bilqis. Pancingan He untuk memaksa Bilqis bermain net dan lalu membuat kesalahan, terlihat mengena.

He pun dengan mudah mendapatkan poin sampai merampas gim ketiga ini dengan 21-7 yang sekaligus memastikannya menang rubber game 19-21, 21-18, 21-7 dan juga membuat China menyingkirkan Indonesia 3-0 dari perempat final Piala Uber.

Jam terbang

Tapi putri legenda bulu tangkis Indonesia Joko Suprianto ini terlihat kelelahan pada gim terakhir itu. Dan ini masuk akal, karena sepanjang Piala Uber ini dia harus memainkan delapan gim selama lebih dari dua jam, sebelum menantang He.

Pertama, dia bermain selama 55 menit ketika dipaksa rubber game oleh Yaelle Hoyaux dari Prancis sebelum menang 17-21, 21-14, 21-18, pada 8 Mei.

Dua hari kemudian dia juga bermain tiga gim ketika menaklukkan tunggal putri Jerman Florentine Schoffski dengan 21-12, 12-21, 21-7, dalam tempo 41 menit.

Baca juga: Komang Ayu dipaksa akui keunggulan Chen Yu Fei di partai pertama

Saat menggulingkan peringkat satu dunia Akane Yamaguchi, dia membutuhkan waktu 35 menit untuk menang 21-19, 21-19.

Total waktu dibutuhkan oleh Bilqis sebelum perempat final melawan He adalah 131 menit atau dua jam 11 menit.

Sebaliknya, He memerlukan waktu lebih singkat selama 123 menit dan melewati tujuh gim sebelum menghadapi Bilqis.

Dia menang dua gim atas Louisa Ma dari Australia dalam waktu 20 menit, kemudian menaklukkan Luxia Rodriguez dalam tempo 24 menit juga dua gim, sebelum menguras energi selama 79 menit kala menundukkan Sun Shuo Yun dari Taiwan dalam tiga gim.

Namun fakta yang tak bisa diabaikan adalah He telah dipaksa bermain tiga gim oleh pemain yang berperingkat jauh di bawahnya. Bilqis berperingkat 333, sedangkan He berperingkat sembilan dunia.

Lebih dari itu, dengan statistik menang tiga kali termasuk sewaktu menumbangkan peringkat satu dunia Akane Yamaguchi dan kalah tiga gim kala dari peringkat sembilan He Bing Jiao, Bilqis telah membesarkan harapan bahwa Indonesia bisa membuat persaingan dalam tunggal putri dunia menjadi semakin sengit.

Keuletan dan kecerdikan Bilqis dalam bermain, selain mengingatkan orang kepada ayahandanya, Joko Suprianto, juga membuka lagi kenangan publik kepada cara main legenda bulu tangkis putri Indonesia, Susi Susanti.

Dalam usia 18 tahun seperti umur Bilqis saat ini, Susi menjadi runner up All England 1989 dan juara Piala Dunia tahun yang sama.

Menginjak usia 19 tahun, Susi mengaum di panggung dunia dengan menjuarai All England 1990. Setelah itu, dia menaklukkan berbagai arena bulutangkis dunia, termasuk Olimpiade.

Bilqis yang masih berusia 18 tahun memiliki kesempatan besar mengikuti jejak Susi.

Empat pertandingan selama Piala Uber 2022, termasuk dengan menumbangkan peringkat satu dunia dan merepotkan peringkat sembilan dunia, telah membuka tirai pengetahuan awam bahwa atlet ini tengah meretas jalan menuju sukses lebih besar yang bukan mustahil bisa mengikuti Susi.

Baca juga: Indonesia ke perempat final Uber berkat keunggulan 5-0 atas Jerman

Bilqis, dan juga rekan-rekannya yang lain, hanya perlu jam terbang lebih banyak, selain kesempatan untuk terus meningkatkan kelengkapan teknik dan mengelola stamina.

Mengenai mentalitas dan tingkat kepercayaan diri, sepertinya Bilqis tidak terlalu banyak membutuhkan polesan. Namun di antara cara terbaik dalam meningkatkan aspek itu adalah dengan lebih sering lagi menghadapkan dia dengan lawan-lawan berperingkat atas.

Tentu saja bukan hanya Bilqis. Semua bakat muda nan cemerlang, serta pemain-pemain yang telah lama malang melintang di berbagai turnamen level atas, juga wajib terus dibesarkan, demi membuat Indonesia menjadi kekuatan bulu tangkis yang lengkap sehingga sukses besar di berbagai arena, termasuk Olimpiade Paris dua tahun mendatang.

Copyright © ANTARA 2022