Saat itu pertama kali menembak ternyata tepat sasaran dan kelelawar itu jatuh. Suami dan salah satu saudara saya kaget dan sempat bilang `wah titis` kenapa nggak dimasukkan ke Perbakin saja,"
Kudus (ANTARA News) - Nama Silvia Gani mungkin tidak akan bisa dilupakan oleh masyarakat olahraga terutama untuk cabang menembak.

Dari tangan atlet menembak kelahiran Malang, Jawa Timur, 23 Juli 1948 tersebut lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di berbagai kejuaraan internasional seperti di SEA Games 1989 di Kualalumpur, Malaysia, setelah berhasil merebut dua medali emas dari nomor perorangan dan beregu untuk nomor spesialisasinya air rifle.

Kemudian pada Pesta Olahraga Asia Tenggara 1991 di Manila, Filipina, ibu satu putra Maximilian Gani tersebut juga berhasil menyumbangkan medali emas untuk kontingen Indonesia dari nomor perorangan air rifle.

Belum lagi prestasi yang diraih Silvia Gani saat membela Jawa Tengah tampil pada Pekan Olahraga Nasional (PON) hingga kejuaraan-kejuaraan yang sifatnya perorangan atas nama klub atau daerah.

Bakat di cabang olahraga yang ditekuninya tersebut bukan dimulai sejak kecil saat di Malang tetapi justru ketika sudah menikah dengan FA Gani Sandjaya (almarhum), ketika itu pengurus Pengcab Perbakin Kabupaten Kudus.

"Di keluarga saya sendiri sebenarnya tidak ada yang senang olahraga, bahkan ketika saya menjadi juara dalam berbagai kejuaraan menembak, keluarga saya justru heran kenapa bisa seperti itu," katanya.

Menurut dia, dirinya belajar menembak justru dari suaminya. "Suatu saat saya diajak berburu ke hutan, tetapi saat itu saya takut kalau berburu malam hari sehingga saya berangkat pagi hari," katanya.

Pada saat itu, lanjut dia, dirinya disuruh suaminya untuk memegang senapan dan menembak kelelawar yang bergelantungan. "Saat itu pertama kali menembak ternyata tepat sasaran dan kelelawar itu jatuh. Suami dan salah satu saudara saya kaget dan sempat bilang `wah titis` (bahasa Jawa yang artinya kena tepat sasaran), kenapa nggak dimasukkan ke Perbakin saja," katanya.

Tetapi, setelah itu tidak ada kelanjutannya, artinya tidak langsung masuk Perbakin tetapi sekitar 1979-an, suaminya membuat lapangan tembak di rumah dan dirinya mulai berlatih. Sejak saat itulah kepiawaian menembak akhirnya didapatkan hingga pensiun menjadi atlet pada 1979.

Pada 1982, Silvia Gani yang sudah memiliki satu anak tersebut diberi kesempatan mengikuti seleksi untuk tim nasional yang akan diterjunkan pada kejuaraan menembak di Caracas, Venezuela. "Saat itu saya masuk tetapi tidak diberangkatkan dan yang berangkat adalah seniornya, Lely Sampoerna," katanya.

Baru pada 1983, Silvia Gani masuk pemusatan latihan nasional untuk persiapan tampil pada kejuaraan menembak antarnegara Asia Tenggara atau SEASA di Jakarta. "Sejak itu saya menjadi langganan menjadi pemain pelatnas tanpa putus hingga 1997," katanya.

Tanggapan
Silvia Gani berhenti total sebagai atlet pada 1997 usai pelaksanaan SEA Games di Jakarta. "Sebenarnya saat itu saya sudah tidak ingin maju karena semangat saya sudah berkurang karena saya sudah mencapai rekor SEA Games," katanya.

Tetapi, kata dia, oleh PB Perbakin dirinya diminta sebagai `penyangga` dua petembak yunior yang turun pada nomor air rifle. "Ternyata saya yang berhasil masuk final, sedangkan dua petembak yunior saya itu nilainya masih di bawah saya. Saya jadi jengkel, kalau seperti ini saya mempersiapkan diri semaksimal mungkin," katanya.

Meskipun masuk final, kata dia, mengingat tampil di SEA Games hanya setengah hati akhirnya hanya menempati peringkat kedelapan. "Setelah itu saya benar-benar meninggalkan dunia atlet," katanya menegaskan.

Usai menjadi atlet ternyata melanjutkan kiprahnya sebagai pelatih di tim menembak Jateng tetapi akhirnya dirinya diberhentikan dan kini dirinya hanya sebagai juri jika ada kejuaraan menembak baik nasional seperti PON maupun internasional.

"Usia saya yang sudah tua seperti ini tidak mungkin lagi bekerja di perusahaan atau di perkantoran sehingga untuk mencukupi kebutuhan hidupnya saya hanya mengandalkan jika ditunjuk menjadi juri suatu pertandingan atau istilahnya saya hidup dari tanggapan," katanya.

Silvia Gani belajar menjadi juri menembak beberapa waktu sebelum SEA Games 1997, apalagi dirinya memiliki kemampuan bahasa Inggris.

Beberapa kejuaraan yang diikutinya saat menjadi juri kejuaraan menembak dunia di Bangkok, Thailand, 2008 kemudian pada 2010 di Sydney, Australia, Youth Olympic di Singapura 2010, serta beberapa kali SEA Games di Thailand, 2007, SEA Games Laos 2009, dan terakhir SEA Games 2011 di Indonesia.

Silvia Gani merupakan salah satu mantan atlet yang kurang beruntung karena hingga sekarang ini masih mendiami rumah mertuanya di Jalan Tanjung Nomor 4 Kabupaten Kudus.

"Rumah ini memang rumah mertua saya yang diperuntukkan bagi anaknya (suami Silvia), tetapi setelah suami meninggal, saya bingung karena tidak bisa merawat mengingat uang dari honor sebagai juri tersebut saya pergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," katanya.
(H015)

Pewarta: Hernawan W
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011