Palu (ANTARA) - Guru Besar sekaligus Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Prof Sagaf S Pettalongi menyatakan eksistensi Alkhairaat telah memberikan kontribusi nyata membantu pemerintah dalam membangun sumber daya manusia di Tanah Air, khususnya di Kalimantan dan Kawasan Timur Indonesia.

"Alkhairaat memberikan kontribusi besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa," kata Prof Sagaf Pettalongi, di Alkhairaat Palu, Sabtu.

Alkhairaat yang didirikan oleh Habib Sayyid Idrus Bin Salim Aljufri (Guru Tua) berperan sebagai dakwah atau syiar Islam serta pendidikan.

Karena itu, kata dia, Alkhairaat tidak hanya berperan dalam membangun dan memantapkan aqidah umat, tetapi juga mengembangkan kapasitas intelektual dan keterampilan umat.

Baca juga: Anggota DPR bantu perjuangkan Guru Tua jadi pahlawan nasional

Baca juga: Gubernur Sulteng dukung usul penetapan Guru Tua sebagai pahlawan


Saat ini Alkhairaat telah memiliki satu perguruan tinggi bernama Universitas Alkhairaat, 1.700 madrasah terdiri dari pendidikan anak usia dini, ibtidaiah, madrasah tsanawiah, madrasah aliyah dan SMK Alkhairaat.

Di samping itu, Alkhairaat juga memiliki satu rumah sakit, dan kurang lebih 50 pondok pesantren yang tersebar di Kawasan Timur Indonesia serta memiliki beberapa badan usaha.

"Keberadaan lembaga pendidikan Alkhairaat semua jenjang pendidikan yang tersebar di Kawasan Timur Indonesia, menjadi bukti bahwa Guru Tua memberikan perhatian besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa," ujar Sagaf yang juga Wakil Ketua MUI Provinsi Sulteng.

Dengan begitu, kata Prof Sagaf, Guru Tua layak diberikan penghargaan dari Pemerintah Pusat sebagai pahlawan nasional.

Pemahaman Guru Tua tentang Pancasila dengan latar belakang sikap nasionalisme terhadap bangsa Indonesia.

Kemudian, semangat juang Guru Tua untuk menentang imperialisme, telah terpupuk kuat sejak ia di Hadramaut melawan kolonial Inggris. Masuknya Guru Tua ke Sulawesi Tengah, daerah ini telah mengalami empat rezim, yaitu Belanda, Jepang, Sekutu, dan Pemerintah Indonesia. Tiga rezim imperialisme ini tidak hanya menjajah secara fisik, tetapi juga merusak mental dan moral masyarakat secara keseluruhan.

Melihat kezaliman tiga imperialisme terhadap umat Islam dan Bangsa Indonesia, Guru Tua kemudian mendirikan Madrasah Alkhairaat pada 1930, setelah menyadari bahwa kebodohan menyebabkan bangsa ini ditindas oleh penjajah.

Sejak itu pula, perlawanan Guru Tua terhadap penjajah lebih nyata dan konkret. Alkhairaat dijadikan basis perlawanan intelektual, basis perjuangan kemerdekaan terhadap Belanda dan Jepang. Pada puncaknya, kegembiraan yang dinanti Bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke terjadi pada Jumat, 9 Ramadhan atau 17 Agustus 1945.*

Baca juga: DMI Sulteng salurkan 1.000 makanan ringan di malam Haul Guru Tua

Baca juga: DMI Sulteng siapkan posko layanan kesehatan-logistik di Haul Guru Tua
Abnaulkhairaat dari berbagai penjuru daerah di Tanah Air hadir di Alkhairaat untuk mengikuti puncak peringatan Haul Guru Tua, di Alkhairaat Palu, Sabtu (14/5/2022). (ANTARA/Mohammad Hamzah)

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022