Jakarta (ANTARA News) - Deputi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bidang Infrastruktur dan Logistik Sumaryanto Widayatin mengatakan bahwa transformasi perusahaan-perusahaan milik negara di lingkungan BUMN merupakan gagasan yang baik, namun bisa saja justru menjebak kepentingan negara.

"Transformasi BUMN yang terlalu cepat justru akan menjebak kita," kata Sumaryanto saat berbicara dalam focus group discussion (FGD) bertema "Transformasi Reputasi BUMN & Pemerintah: BUMN Bersinergi Menyongsong 2012" yang dilaksanakan Perum LKBN ANTARA di Jakarta, Kamis, sehubungan peringatan HUT-nya ke 74 tahun.

FGD yang digelar sehubungan peringatan HUT Ke-74 LKBN ANTARA itu diawali dengan pemaparan oleh Direktur Utama LKBN ANTARA Ahmad Mukhlis Yusuf tentang kinerja kantor berita yang berstatus BUMN termuda ini serta prospek bisnisnya ke depan, yang kini juga melayani publik, selain peran masa lalunya yang melayani media.

Dalam acara ini, juga berbicara Deputi Menteri BUMN Bidang Usaha Industri Strategis Irnanda Laksanawan.

Sumaryanto menambahkan, meski gagasan-gagasan tentang transformasi BUMN hal sangat baik pada era sekarang, sudah ada beberapa contoh kesertaan kalangan swasta dalam proyek-proyek strategis berskala besar justru malah "mangkrak" (tidak berjalan). Dengan demikian, tetap saja peran negara harus tetap besar guna melanjutkannya.

Sumaryanto Widayatin, yang pekan lalu juga terpilih sebagai Ketua Ikatan Alumni ITB menggantikan Hatta Rajasa, memberi sejumlah contoh proyek yang tidak mengalami kemajuan karena investor-investornya ragu-ragu untuk melanjutkan. Proyek-proyek itu, KA Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta, Jalan Tol Persimpangan Benoa-Nusa Dua di Bali, Pelabuhan Peti Kemas di Kalibaru, Jakarta Utara.

Di sektor jalan tol, kini ada 24 proyek jalan tol yang pengerjaannya tidak bergerak, hal yang seharusnya bisa diatasi jika PT Jasa Marga bisa memperoleh hak khusus sebagai pembangun utama. Bila ditangani Jasa Marga mungkin akan mudah memperoleh kepercayaan sumber-sumber pendanaan mengingat pengalaman selama ini serta memang BUMN itu memiliki sendiri jalan-jalan tol.

"Semestinya, jika terjadi default (kegagalan proyek, red.), ada Jasa Marga yang bisa melanjutkan sampai jadi," kata Sumaryanto yang tidak memerinci lokasi-lokasi di mana saja proyek-proyek jalan tol yang tidak dilanjutkan pengerjaannya itu.

Dalam kaitan itu, Sumaryanto menyerukan adanya pola-pola pemikiran di luar yang sudah menjadi acuan baku (out of the box) sehingga proyek tetap jalan, tidak membebani keuangan negara (APBN) yang memang terbatas, sekaligus juga tidak membebani rakyat sebagai pengguna jasa.

Ia memberi contoh, proyek jalan KA Bandara Soekarno-Hatta ke Jakarta misalnya, yang sudah tujuh tahun direncanakan dan terhenti, kini bisa dilanjutkan lagi setelah diambil alih Pemerintah dengan pola sinergi BUMN (antara lain PT Kereta Api Indonesia dan PT Angkasa Pura). Semula, proyek itu memerlukan investasi Rp8 triliun, namun dengan sinergi BUMN bisa jalan dengan investasi kurang dari Rp2 triliun.

"Semula (perhitungan tiket yang harus dibayarkan pengguna jasanya) Rp80.000,00-Rp90.000,00, namun sekarang tiket bisa Rp25.000,00," kata Sumaryanto mengenai biaya sekali jalan dari Bandara Soekarno-Hatta ke Jakarta sejarak berkisar 25km itu setelah proyek dikerjakan lewat sinergi BUMN. Solusi-solusi out of the box seperti inilah yang sebaiknya dicari," katanya.

Dalam acara itu, dilaksanakan pula penandatanganan kerja sama produksi, penyiaran dan pemasaran konten berita televisi antara Dirut ANTARA Ahmad Mukhlis Yusuf dengan CEO Jawa Post Multimedia Corp. (JPMC) Imawan Mashuri yang juga ketua Asosiasi TV Lokal Indonesia.

(E004/S024)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011