Semarang (ANTARA News) - Pakar teknologi kimia yang juga Rektor Universitas Ma Chung Malang Leenawaty Limantara menilai pengembangan teknologi di Indonesia terhambat karena tidak ada sinergi antarpeneliti.

"Kemajuan teknologi di Indonesia terhambat aspek sumber daya manusia (SDM), bukan kekurangan jumlah, tapi kemampuan bersinergi. Peneliti kerap berdiri sendiri dalam riset," katanya di Semarang, Kamis.

Hal itu diungkapkannya usai menjadi pembicara dalam "The 11th National Student Conference" di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang diikuti mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Menurut peneliti utama Ma Chung Research Center of Photosynthetic Pigment itu, jika peneliti-peneliti perguruan tinggi mau bekerja sama menggarap penelitian maka dimungkinkan teknologi cepat berkembang.

Kondisi di Indonesia, ia mengatakan, peneliti banyak yang memilih penelitian sendiri dengan fasilitas terbatas sehingga bisa dibayangkan hasilnya tidak akan optimal, berbeda jika disinergikan peneliti lain.

Ketidaksinergian itu, kata dia, berdampak pada penelitian yang kerap tidak melihat kebutuhan industri, akhirnya banyak hasil penelitian yang tidak bisa diaplikasikan dan berhenti sebatas hasil penemuan.

Leenawaty menjelaskan, perguruan tinggi seharusnya melakukan inovasi penelitian yang hasilnya bermanfaat, misalnya menyesuaikan apa kebutuhan industri yang secara tidak langsung juga dinikmati masyarakat.

"Misalnya, kami saat ini tengah mengembangkan zat pewarna alami. Kenapa? Industri memang tengah membutuhkan itu, karena itu kami lakukan penelitian bagaimana menghasilkan inovasi produk itu," katanya.

Selain itu, Leenawaty menyoroti kurangnya peran pemerintah dalam mendorong penciptaan iklim kondusif bagi dunia penelitian, berbeda dengan negara-negara lain yang mendukung penuh langkah penelitian.

Peneliti Assumption University Thailand, Churdchai Cheowtirakul mengakui pengembangan teknologi bergantung pada tiga aktor, yakni akademisi, industri, dan pemerintah yang semuanya harus bersinergi.

Pemerintah Thailand, kata Dekan Fakultas Bioteknologi Assumption University Thailand itu, selama ini sudah mendorong penelitian dan pengembangan teknologi, melalui regulasi, bantuan alat, dan pinjaman modal.

Senada dengan itu, Rektor Unika Soegijapranata Semarang Prof Budi Widianarko mengakui tidak berkembangnya penelitian di Indonesia disebabkan aspek budaya akademik penelitian yang belum terbangun baik.

"Karena itu, kami mendorong budaya penelitian di kalangan mahasiswa, melalui konferensi nasional semacam ini. Presentasi penelitian dengan bahasa Inggris, sebab kemampuan bahasa jangan menjadi kendala," kata Budi.

(U.KR-ZLS/M028)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011