New York (ANTARA) - Indeks utama Wall Street jatuh pada hari Senin pagi waktu setempat seiring data suram China menambah kekhawatiran terkait perlambatan ekonomi global dan pengetatan kebijakan agresif bank sentral AS, Federal Reserve (Fed).

Pasar saham China dan Eropa jatuh, ketika harga minyak turun karena data menunjukkan aktivitas ekonomi China menurun tajam pada April karena akibat COVID-19 berdampak besar pada konsumsi, produksi industri, dan lapangan kerja.

Sembilan dari 11 sektor utama Indeks S&P menurun pada perdagangan pagi, dengan saham teknologi dan kebutuhan konsumen masing-masing turun 1,6 persen dan 1,8 persen.

Baca juga: Wall St ditutup menguat, tapi penurunan beruntun mingguan berlanjut

Perusahaan dengan pertumbuhan besar seperti Amazon.com, Alphabet Inc, Microsoft Corp, Apple Inc, Tesla Inc, dan Nvidia Corp tergelincir antara 1,1 persen dan 2,6 persen. Sementara saham energi mengungguli dan naik 1,5 persen.

Wall Street ditutup naik tajam pada hari Jumat, namun Indeks S&P 500 dan Indeks Komposit Nasdaq masih mencatat penurunan mingguan terpanjang dalam lebih dari satu dekade.

"Investor hanya sedikit skeptis. Mereka hanya menguji untuk melihat apakah reli akan berlanjut atau turun kembali," kata Manajer Senior Portofolio Dakota Wealth Management, Robert Pavlik.

Baca juga: Wall St bervariasi, S&P ditutup melemah karena kekhawatiran inflasi

Investor khawatir kenaikan suku bunga agresif The Fed untuk mengatasi inflasi yang tinggi selama beberapa dekade dapat mendorong ekonomi AS ke dalam resesi, seiring konflik di Ukraina, gangguan rantai pasokan, dan lockdown terkait pandemi terbaru di China memperburuk situasi.

Data Senin menunjukkan aktivitas pabrik di negara bagian New York merosot pada Mei untuk ketiga kalinya tahun ini di tengah anjloknya pesanan dan pengiriman baru.

Indeks S&P 500 dan Indeks Komposit Nasdaq yang sarat teknologi telah jatuh masing-masing 16,2 persen dan 25,8 Persen sepanjang tahun ini, dengan saham-saham pertumbuhan terpukul di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga yang lebih besar dapat merusak arus kas mereka di masa depan.

Para pialang sekarang memperkirakan peluang hampir 86 persen terkait kenaikan 50 basis poin oleh Fed pada Juni ini.

Baca juga: Wall Street ditutup jatuh menyusul data inflasi AS yang panas

Pada 09:49 pagi waktu setempat Indeks Dow Jones Industrial Average turun 231,10 poin atau 0,72 persen menjadi 31.965,56. Indeks S&P 500 menurun 37,13 poin atau 0,92 persen menjadi 3.986,76 dan Indeks Komposit Nasdaq jatuh 148,58 poin atau 1,26 persen menjadi 11.656,42.

Fokus pasar saat ini adalah laporan penjualan ritel yang akan dirilis pada hari Selasa, setelah data inflasi dan sentimen konsumen yang mengkhawatirkan minggu lalu.

Perusahaan ritel seperti Walmart Inc, Home Depot, dan Target Corp, akan melaporkan hasil kuartalan mereka pekan ini.

Saham-saham yang turun melebihi jumlah yang naik untuk rasio 1,56 banding 1 di Bursa Efek New York (NYSE) dan rasio 1,42 banding 1 di Nasdaq.

Indeks S&P mencatat satu saham tertinggi baru dalam 52-minggu dan 29 terendah baru, sedangkan Indeks Nasdaq mencatat 10 tertinggi baru dan 60 terendah baru.

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022