New York (ANTARA) - Wall Street bervariasi pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena volatilitas pasar berlanjut dengan indeks S&P 500 ditutup lebih rendah karena Tesla jatuh dan saham pertumbuhan lainnya melemah setelah data ekonomi China yang suram menambah kekhawatiran tentang perlambatan global dan kenaikan suku bunga.

Indeks Dow Jones Industrial Average bertambah 26,76 poin atau 0,08 persen, menjadi menetap di 32.223,42 poin. Indeks S&P 500 terkikis 15,88 poin atau 0,39 persen, menjadi berakhir di 4.008,01 poin. Indeks Komposit Nasdaq jatuh 142,21 poin atau 1,20 persen, menjadi ditutup di 11.662,79 poin.

Tujuh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor konsumen non-primer dan teknologi masing-masing tergelincir 2,12 persen dan 0,91 persen, memimpin kerugian. Sementara itu, sektor energi terangkat 2,62 persen, merupakan kelompok berkinerja terbaik.

Aktivitas ekonomi China mendingin tajam pada April karena meluasnya penguncian COVID-19 berdampak besar pada konsumsi, produksi industri, dan lapangan kerja, menambah kekhawatiran ekonomi dapat menyusut pada kuartal kedua.

Namun, saham-saham energi mendapat dorongan dari optimisme bahwa China akan melihat pemulihan permintaan yang signifikan setelah tanda-tanda positif bahwa pandemi virus corona surut di daerah yang paling terpukul.

Investor mempertanyakan apakah hari yang kuat di Wall Street Jumat (13/5/2022) lalu mungkin menandakan akhir dari aksi jual baru-baru ini yang telah membuat indeks S&P 500 anjlok sekitar 16 persen dari rekor penutupan tertinggi pada Januari.

"Setelah reli besar pada Jumat (13/5/2022), orang-orang melihat sekeliling dan bertanya apakah itu terasa berkelanjutan," kata Ross Mayfield, ahli strategi investasi di Baird di Louisville, Kentucky. "Apakah ini terasa seperti dorongan momentum yang akan Anda lihat naik dari titik terendah, atau masih ada lagi kapitulasi yang harus diselesaikan?"

Banyak saham pertumbuhan megacap Wall Street lebih rendah, dengan Amazon dan pemilik Google Alphabet kehilangan lebih dari satu persen dan membebani indeks S&P 500 dan Nasdaq.

Twitter turun lebih dari 8,0 persen setelah Bloomberg melaporkan bahwa Elon Musk mengatakan kesepakatan untuk membeli perusahaan media sosial dengan harga lebih rendah dari yang sebelumnya disepakati 44 miliar dolar AS adalah "tidak mungkin."

Tesla, yang dipimpin Musk, juga anjlok hampir 6,0 persen.

Investor telah khawatir bahwa kenaikan suku bunga agresif oleh Federal Reserve AS untuk memerangi inflasi yang tinggi selama beberapa dekade dapat mengarahkan ekonomi ke dalam resesi, dengan konflik di Ukraina, gangguan rantai pasokan dan penguncian terkait pandemi di China memperburuk masalah ekonomi.

Data pada Senin (16/5/2022) menunjukkan aktivitas pabrik di negara bagian New York merosot pada Mei untuk ketiga kalinya tahun ini di tengah anjloknya pesanan dan pengiriman baru.

Pedagang sekarang memperkirakan peluang kenaikan suku bunga hampir 86 persen untuk kenaikan 50 basis poin oleh Fed pada Juni.

Investor fokus pada data penjualan ritel yang akan dirilis pada Selasa waktu setempat, menyusul data inflasi dan sentimen konsumen yang mengkhawatirkan pekan lalu.

Pengecer termasuk Walmart Inc, Home Depot dan Target Corp akan melaporkan hasil kuartalan mereka minggu ini.

Volume transaksi di bursa AS mencapai 11,3 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 13,2 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022