Dengan terintegrasinya Lapan ke BRIN per 1 September 2021, maka salah satu aspek dari penyelenggaraan keantariksaan yakni pelayanan data satelit penginderaan jauh, dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) BRIN
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjamin keberlanjutan layanan data dan informasi dari citra satelit penginderaan jauh untuk seluruh pengguna di Indonesia, semenjak Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) terintegrasi ke BRIN.

"BRIN akan dapat menjamin keberlanjutan layanan data dan informasi penginderaan jauh bagi seluruh stakeholder (pemangku kepentingan), baik dari kementerian, lembaga, pemerintah daerah, komunitas akademis dan badan usaha," kata Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Robertus Heru dalam sambutannya di Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Citra Satelit Penginderaan Jauh Tahun 2022 yang diikuti secara virtual di Jakarta, Selasa.

Rakornas untuk data satelit pengindraan jauh sebelumnya dilakukan tiap tahun oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), dengan tujuan untuk mendapatkan masukan mengenai kebutuhan data dan informasi pengindraan jauh nasional, agar pelayanan data dan informasi dapat dilakukan dengan optimal.

Pada 2022, rakornas tersebut pertama kali dilakukan oleh BRIN, sejak Lapan bergabung ke BRIN, dengan mengangkat tema Keberlanjutan Layanan Data dan Informasi Penginderaan Jauh: Komitmen BRIN dalam Memberikan Layanan Prima.

Dengan terintegrasinya Lapan ke BRIN per 1 September 2021, maka salah satu aspek dari penyelenggaraan keantariksaan yakni pelayanan data satelit penginderaan jauh, dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) BRIN.

Sumber daya manusia (SDM) eks Lapan yang mempunyai peminatan dan kompetensi untuk pelayanan data pengindraan jauh telah ditempatkan di Pusdatin BRIN.

Selain itu, juga sedang dilakukan pelatihan pada SDM Pusdatin lainnya oleh periset di Pusat Riset Penginderaan Jauh (PRPJ) di Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA) BRIN

Atas sinergi yang baik antara Pusdatin dan PRPJ ORPA, pelayanan data penginderaan jauh seperti kebakaran hutan, zona potensi ikan, dan tutupan lahan pertanian, hampir tidak mengalami interupsi.

Sebelumnya Lapan mempunyai SDM sekitar 1.000 orang. Dengan berpindahnya SDM administrasi ke Sekretariat Utama BRIN, SDM teknisi ke Kedeputian Infrastruktur BRIN, dan SDM pelayanan data ke Pusdatin, saat ini SDM ORPA mencapai sekitar 400 orang, yang seluruhnya adalah periset.

Dari total saat ini SDM yang ada di ORPA, terbanyak adalah di Pusat Riset Penginderaan Jauh, yang merupakan satu dari lima pusat riset yang ada di ORPA.

Ia mengatakan sebagian besar penyediaan informasi yang dihasilkan dari pengolahan data penginderaan jauh hingga saat ini masih mengandalkan SDM periset di ORPA.

Dengan demikian, salah satu tugas ORPA adalah menjamin tersedianya SDM tersebut, dan mengupayakan alih teknologi tersebut ke pengguna, masyarakat akademik, dan termasuk perusahaan pemula berbasis teknologi.

"Dengan tersedianya lebih banyak sumber daya manusia pengolah data pengindraan jauh di Indonesia, terutama dari kalangan swasta, maka dampak ekonomi dan sosial yang akan dihasilkan akan semakin besar," demikian Robertus Heru.

Baca juga: Lapan berharap "space agency" semakin kuat dalam konsolidasi ke BRIN

Baca juga: Menristek dorong pengolahan data citra satelit penginderaan jauh

Baca juga: BRIN sebut Lapan jadi OPL yang mengurusi keantariksaan di dalam BRIN

Baca juga: Lapan: LPNK tidak dilebur ke BRIN

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022