Yogyakarta (ANTARA) - Sidang kedua Digital Economy Working Group (DEWG) G20 yang berlangsung di Yogyakarta hari ini menitikberatkan pada pembahasan konektivitas digital.

"Kita mendorong terjadi pemerataan konektivitas digital di antara negara maju dan negara berkembang," kata Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Usman Kansong, kepada ANTARA, Selasa.

Pandemi virus corona yang melanda sejak 2020 membuat masyarakat harus akrab dengan teknologi digital supaya aktivitas sehari-hari tetap bisa berlangsung meski pun dari jarak jauh. Dampak paling terasa, ada perubahan kegiatan di sekolah menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), sementara di dunia kerja populer istilah WFH (working from home) alias bekerja dari rumah.

Meski kegiatan selama pandemi banyak bergantung kepada internet, masih ada masyarakat yang belum bisa mengakses teknologi tersebut. Kementerian Kominfo mengutip data International Telecommunications Union (ITU) melihat ada 2,9 miliar orang di dunia yang belum pernah menggunakan internet pada 2021.

Kesenjangan digital ini juga terasa di Indonesia, data Bank Dunia yang dikutip Kominfo menunjukkan ada sekitar 94 juta orang dewasa yang tidak bisa mengakses internet melalui perangkat seluler pada 2019.

"Masih ada jutaan orang yang tidak bisa mengakses internet," kata Usman.

Melihat kenyataan ini, Kominfo selaku pengampu Digital Economy Working Group G20 memasukkan isu konektivitas digital menjadi salah satu dari tiga isu prioritas forum tersebut.

Melalui forum ini, Indonesia mengharapkan ada kolaborasi antara negara maju dengan negara berkembang soal konektivitas digital.

Pembahasan isu konektivitas digital pada sidang kedua DEWG akan menghasilkan rancangan, draf, untuk Deklarasi Menteri Digital atau Paket Bali pada pertemuan tingkat menteri nanti.

Hasil pembahasan pada sidang kedua ini akan dibawa ke sidang ketiga DEWG G20, yang menurut rencana Kominfo akan diadakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur pada Juli nanti.

"Kami harap (draf) sudah final di Labuan Bajo nanti. Setelah itu, akan dibahas di Bali," kata Usman.

Sidang keempat Digital Economy Working Group di Bali pada Agustus akan menjadi pertemuan tingkat menteri dan menghasilkan Deklarasi Menteri Digital atau Paket Bali tersebut.

"Kami harapkan ada langkah konkret dari Paket Bali, terutama untuk isu konektivitas digital," kata Usman.

Pentingnya konektivitas digital

Konektivitas digital tidak bisa dipungkiri menjadi salah satu hal yang wajib ada, terutama setelah dunia dilanda pandemi.

Pandemi menjadi salah satu faktor pendorong konektivitas digital, faktor lainnya adalah ekonomi digital. Indonesia merupakan rumah bagi ribuan perusahaan rintisan, data Kementerian Kominfo menunjukkan ada 2.229 startup di Indonesia.

Satu perusahaan rintisan lokal sudah menembus status decacorn, delapan lainnya menjadi unicorn.

Kominfo memproyeksikan potensi nilai ekonomi digital Indonesia pada 2030 mencapai 315,5 miliar dolar Amerika Serikat, atau sekitar Rp4.531 triliun.

Perkembangan ekonomi digital di Indonesia juga terlihat dari semakin banyak pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang berjualan di lokapasar digital sejak pandemi virus corona.

Asosiasi e-commerce Indonesia, idEa, mencatat per April 2022 ada 19 juta UMKM yang bergabung ke platform digital yang menjadi anggota mereka. Dari jumlah tersebut, ada 9,9 juta UMKM yang bergabung ke platform digital dalam kurun waktu Mei 2020 sampai Februari 2022, sejak ada Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia.

Presidensi G20 Indonesia akan menjadi forum yang strategis untuk membahas isu konektivitas digital, pasalnya negara anggota G20 menguasai 85 persen perekonomian dunia dan 79 persen perdagangan global.

Negara anggota G20 juga mencakup 65 persen penduduk dunia.

"Kita mendorong negara G20 (membahas isu konektivitas digital). Apalagi, mereka menguasai sekitar 70 persen ekonomi. Kita bisa berperan dalam isu konektivitas menjadi lebih relatif merata di seluruh dunia," kata Usman.

Internet di Indonesia

Pada tataran nasional, pemerintah Indonesia sedang mempercepat pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi. Sejalan dengan upaya pemerataan infrastruktur oleh pemerintah, pengguna internet di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2018 menyatakan pengguna internet berjumlah 171,17 juta jiwa atau 64,8 persen dari total jumlah penduduk tahun itu.

Tahun 2019, masih berdasarkan survei APJII, pengguna internet di Indonesia mencapai 196,71 juta orang. Penetrasi internet naik menjadi 73,7 persen.

Rerata konsumsi internet orang Indonesia mencapai 14,4GB per bulan, menurut data OpenSignal periode Januari-Maret 2021.

Konektivitas digital juga diyakini bisa membantu pemulihan setelah dilanda pandemi. Sektor digital tumbuh 8,72 persen pada kuartal pertama secara year-on-year 2021. Pada kuartal berikutnya, pertumbuhan sektor digital sebesar 6,87 persen dan kuartal ketiga 2021.

Kelompok Kerja Ekonomi Digital atau DEWG merupakan peningkatan dari Digital Economy Task Force, untuk pertama kalinya diselenggarakan pada forum internasional G20. Selain menjadi tuan rumah G20, Indonesia juga mendapatkan kehormatan menjadi pengampu DEWG melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Indonesia mendorong pembahasan tiga isu prioritas pada forum ini, yaitu konektivitas dan pemulihan pascapandemi COVID-19, kecakapan dan literasi digital, dan arus data lintas negara.

Baca juga: Paket Bali G20 diharapkan jadi tonggak pemulihan ekonomi

Baca juga: Indonesia dorong lanjutan pembahasan konektivitas digital di DEWG G20

Baca juga: Kudapan khas Yogyakarta disuguhkan dalam sidang kedua DEWG G20


 

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022