Depok (ANTARA) - Pemerintah, institusi dan komunitas seni diharapkan bisa saling bergandengan tangan untuk menciptakan ekosistem seni yang berkelanjutan.

Ketua Komite Ekraf Jakarta Selatan Irawan Karseno mengatakan, untuk menciptakan program yang berkelanjutan dibutuhkan kerjasama antara komunitas seni, institusi kesenian, pemerintah daerah, pemerintah pusat serta pengelola.

Sebagai contoh, program yang berjalan bertahun-tahun adalah Jogja Biennale, Jakarta Biennale serta Artjog. Program-program tersebut melibatkan banyak komunitas seni serta mampu menghidupkan perekonomian.

"Contoh saja, Venice Biennale dilaksanakan, 8 juta orang datang, di situ sebetulnya saya merasa art council-nya enggak kerja sendiri, pasti ada kerjasama dengan kementerian dan dinas pariwisatanya," ujar Irawan dalam diskusi "Kebijakan Publik, Peluang Penguatan dan Komunitas Seni" di Bellevue Art Space, Cinere, Depok, Selasa.

Menurut Irawan, sangat penting untuk menjalin kerjasama antara komunitas seni dan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), serta pemerintah daerah. Ada prospek yang bisa dibangun dan dikembangkan antara pelaku seni, komunitas dan institusi yang mewadahinya.

Kesenian tidak bisa berjalan dengan sendirian dan DKJ berfungsi untuk menjaga kualitas dari peradaban, kebudayaan dan ekonominya.

"Ya enggak langsung bagi art market tapi bagaimana festival dapat meningkatkan pajak, hotel, restoran dan seterusnya. Karena apa? Karena memang dalam DKJ didanai oleh APBD sehingga harus ada pertanggungjawaban, abstraksi dari ekonomi," kata Irawan.

Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Jakarta Danton Sihombing mengatakan masih banyak komunitas seni yang aktif bergerak sendiri atau tidak melibatkan ekosistem lainnya.

Menurut Danton, ekosistem yang baik dan berkelanjutan adalah yang saling ketergantungan antara komunitas seni, institusi, pemerintah dan pengelola.

"DKJ ada yg namanya simpul seni, ekosistem seni itu yang penting ketergantungan, kalau enggak ya masing-masing aja enggak akan ke mana-mana," katanya.

DKJ memiliki berbagai program melalui beberapa platform. Platform itu sendiri merupakan tempat pertukaran nilai yang dibutuhkan oleh komunitas.

Komunitas yang berkumpul dan saling bertukar kebutuhan inilah yang menjadi penggerak program-program DKJ.

"Seperti Jakarta Teater Platform dan lainnya, jadi komunitas itu menjadi penggerak dari program-program DKJ. Kita mendorong ini menjadi sebuah sistem yang menghidupkan dan bagaimana bisa dioperasikan jadi bukan teori saja," ujar Danton.

"Oleh karena itu, kita membutuhkan simpul seni sebagai operating sistemnya supaya bisa beroperasi di simpul seni tadi. Nanti komunitas-komunitas datang saling bertukar nilai, apa yang dibutuhkan," lanjutnya.


Baca juga: Hari Musik Nasional dimaknai sebagai selebrasi seni dan budaya

Baca juga: DKJ: Masyarakat berperan hidupkan ekosistem perfilman

Baca juga: STA Memorial Lecture langgengkan semangat Sutan Takdir Alisjahbana

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022