UMKM di Indonesia harus mulai bekerja dengan konsep rantai pasok supaya usaha yang dijalankan bisa berkembang semakin besar
Yogyakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki menekankan pentingnya pengelolaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mengacu pada konsep rantai pasok, didukung dengan riset dan pengembangan produk.

“UMKM di Indonesia harus mulai bekerja dengan konsep rantai pasok supaya usaha yang dijalankan bisa berkembang semakin besar,” kata Teten Masduki usai membuka G20 Empower di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, jika pelaku UMKM masih mengerjakan seluruh proses dari awal hingga akhir seorang diri, maka lambat laun tidak akan mampu bersaing dengan pelaku usaha lain apalagi dengan perusahaan besar.

Dengan mengacu pada konsep rantai pasok, maka pelaku UMKM membentuk klaster atau kelompok dan masing-masing memiliki peran yang saling mendukung dari awal hingga akhir.

“Jadi ada pembagian kerja. Karena tidak mungkin UMKM memiliki sumber daya dan keahlian lengkap yang dibutuhkan dari awal hingga akhir. Makanya, harus bekerja dengan konsep rantai pasok,” katanya.

Baca juga: Pemerintah tekankan pentingnya kolaborasi swasta dukung UKM perempuan

Ia pun mencontohkan pelaku usaha di pedesaan mungkin hanya berperan untuk menyuplai bahan baku kerajinan dan proses produksi dilakukan di UMKM lain.

Konsep rantai pasok tersebut sudah mulai dijalankan di salah satu rumah produksi atau factory sharing yang ada di Sragen Jawa Tengah untuk produksi furnitur. Bahkan di rumah produksi tersebut juga dilengkapi dengan departemen riset dan pengembangan.

“Ke depan, UMKM akan terintegrasi dengan industri. Nantinya, UMKM bukan lagi ekonomi rumah tangga tetapi bagian dari industri. Dengan demikian, UMKM dan pelaku usaha besar tidak akan saling berkompetisi,” katanya.

Integrasi UMKM dengan industri sudah dijalankan di beberapa negara, seperti Jepang, Korea Selatan, dan China. Sedangkan untuk rumah produksi saat ini sudah dijalankan di lima lokasi sebagai proyek percontohan. Selain di Sragen, juga dilakukan di Aceh untuk minyak atsiri dan Sulawesi Utara untuk produk dari kelapa.

Melalui rumah produksi, UMKM bisa memanfaatkan tempat produksi yang sama yang sudah dilengkapi dengan peralatan modern meningkatkan kualitas produksi, dan sekaligus terkonsolidasi dengan akses pembiayaan, perizinan, dan lainnya.

Pada tahun depan rumah produksi akan dibuka di enam lokasi dan apabila memberikan dampak yang baik bagi pengembangan UMKM, maka skalanya akan diperbesar.

Baca juga: MenkopUKM: Pemberdayaan perempuan bisa ditempuh lewat UMKM kuliner

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022