Dili (ANTARA) - Indonesia dan Timor Leste merupakan contoh dari keberhasilan suatu rekonsiliasi, tutur Duta Besar Indonesia untuk Timor Leste, Okto Dorinus Manik, ketika menggambarkan situasi terkini dari hubungan bilateral antara Indonesia dengan Timor Leste.

Sebagai sepasang negara dengan sejarah perjuangan yang melibatkan satu sama lain, Indonesia dan Timor Leste memiliki kedekatan yang terbilang unik. Ketika negara lain yang terpisah akibat konflik cenderung memiliki hubungan bilateral yang kurang baik maka Indonesia dan Timor Leste justru menjalin kerja sama yang sangat erat.

Ia menggambarkan, pada tingkat pemerintah, jajaran pemimpin Timor Leste secara aktif memberi dukungan kepada Indonesia dalam fora internasional sehingga memudahkan Indonesia dalam menjalankan agenda politik luar negerinya.

Salah satu bentuk dukungan dari Timor Leste kepada Indonesia adalah saat Indonesia sedang memperjuangkan pencalonannya sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Atas dukungan tersebut, Presiden Joko Widodo mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Timor Leste.

Selain itu, sebelumnya, Timor Leste juga pernah memberi dukungan kepada Indonesia untuk menjadi anggota dalam Dewan HAM PBB. Berbagai dukungan itu menunjukkan Timor Leste berkomitmen membantu Indonesia dalam melancarkan agenda politik luar negeri.

Lebih lanjut, secara pribadi, para pemimpin Timor Leste sebagian besar merupakan alumni dari sekolah di Indonesia. Bagi Manik, hal ini merupakan modal dasar bagi kedua belah negara dalam menjalin kedekatan. Berasal dari sekolah yang sama telah membantu mereka untuk saling mengenal dan menumbuhkan rasa kekeluargaan yang lebih personal.

Kemudian, pada tingkat akar rumput, masyarakat juga memiliki ketertarikan dengan Indonesia, khususnya terkait penggunaan bahasa Indonesia. Ia mengungkapkan, mulanya ia mengira masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia di Timor Leste terbatas pada generasi yang sempat mengecap pendidikan berbahasa pengantar bahasa Indonesia ketika Timor Leste masih berstatus sebagai Provinsi Timor Timur.

Akan tetapi, nyatanya, anak-anak muda di Timor Leste justru acapkali berbincang menggunakan bahasa Indonesia, atau setidaknya mengerti bahasa Indonesia yang digunakan secara lisan. Ia menilai, kemampuan itu diakibatkan kepedulian masyarakat Timor Leste dengan Indonesia dan didukung oleh tayangan hiburan pada televisi di Timor Leste.

Mata pelajaran bahasa Indonesia yang lebih dikenal dengan bahasa Melayu di sini pun menjadi salah satu mata pelajaran yang paling dicari oleh para siswa.

Kelas bahasa Indonesia
Di Dili ada Pusat Budaya Indonesia, yang rintisannya terjadi pada masa pemerintahan Presiden Susilo Yudhoyono dan diresmikan pada 2019. Adapun Staf Bidang Program dan Pelaporan di Pusat Budaya Indonesia Trio Hermawan, mengatakan, mereka membuka kursus bahasa Indonesia gratis bagi masyarakat Timor Leste yang ingin belajar bahasa Indonesia.

Masyarakat dapat secara bebas mendaftarkan diri mereka untuk mengikuti kelas tanpa dibatasi usia maupun pekerjaan. Oleh karena itu, peserta didik berasal dari berbagai latar belakang, seperti mahasiswa yang akan melanjutkan studi ke Indonesia, hingga para pencari kerja yang ingin bekerja di Indonesia.

Terkait jumlah peserta yang mengikuti kelas pun, Hermawan mengungkapkan terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah peserta yang pada 2016 berada di kisaran 50-60 orang mengalami peningkatan hingga sebanyak 21.000 orang di seluruh distrik Timor Leste pada 2022, sementara penduduk negara itu 1.413.958 jiwa berdasarkan sensus Juli 2021.

Peningkatan yang terjadi tidak hanya diakibatkan minat belajar masyarakat yang semakin meningkat, tetapi juga didukung tenaga pengajar yang berkontribusi dalam penyelenggaraan kelas bahasa.

Baik warga negara Indonesia maupun warga negara Timor Leste dapat menjadi tenaga pengajar, tutur Hermawan. Akan tetapi, mereka harus memiliki kompetensi untuk memberikan materi pembelajaran bahasa Indonesia.

Nantinya, tenaga pengajar tidak hanya berfokus pada pemberian materi di Pusat Budaya Indonesia, tetapi juga mengajar di sekolah-sekolah yang ada di Timor Leste. Salah satu sekolah yang mengajarkan bahasa Indonesia kepada siswanya adalah Escola Técnica Informática de Dili.

Sekolah Teknik Informatika ini setara SMA/SMK di Indonesia. Maria Magdalena selaku tenaga pengajar bahasa Indonesia mengatakan para siswa baru memperoleh pembelajaran pertama mereka mengenai bahasa Indonesia sejak menginjak kelas 1 SMA/SMK. Hal ini dikarenakan bahasa Indonesia merupakan bahasa pilihan dan bukanlah bahasa yang wajib dikuasai.

Ia katakan, di beberapa sekolah, pelajaran bahasa Indonesia lebih dikenal dengan pelajaran bahasa Melayu. Padahal sesungguhnya kedua bahasa --bahasa Indonesia dan bahasa Melau-- itu memiliki perbendaharaan kata dan susunan kata yang berbeda.

Meskipun nama mata pelajaran yang diajarkan oleh para guru adalah bahasa Melayu, materi yang dikenalkan adalah materi bahasa Indonesia. Oleh karena itu, Escola Técnica Informática de Dili berusaha meluruskan dengan mengganti nama mata pelajaran dengan menggunakan nama mata pelajaran bahasa Indonesia, alih-alih menamainya sebagai bahasa Melayu sebagaimana sekolah yang lain.

Kesalahan dalam penamaan itu diakibatkan oleh penyusun kurikulum yang terdahulu lebih akrab dengan sebutan bahasa Melayu apabila dibandingkan dengan bahasa Indonesia.

Kesalahan itu tidak berdampak signifikan karena hanya salah dalam penamaan. Para siswa di sekolah ini, yang berjumlah sekitar 946 orang, tetap memperoleh pelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan kurikulum dan menyempurnakan kemampuan mereka melalui latihan dan siaran hiburan di televisi.

Siaran hiburan Indonesia
"Salah satu kendala dalam penggunaan bahasa Indonesia adalah kemampuan para siswa untuk melafalkan berbagai ejaan," kata Magdalena. Pengaruh bahasa Portugis menyebabkan masyarakat Timor Leste cenderung melafalkan huruf ‘c’ menjadi ‘s’ atau ‘c’ menjadi ‘k’. Mereka juga memiliki kendala terkait penggunaan huruf ‘g’ dan ‘n’.

Sarana yang paling memudahkan mereka untuk melatih pelafalan adalah melalui siaran hiburan yang berasal dari Indonesia.

Masyarakat Timor Leste yang fasih dalam berbahasa Indonesia memiliki kecenderungan untuk menyukai sinetron atau musik Indonesia. Ikun Moniz yang merupakan warga Timor Leste mengaku senang menyaksikan sinetron di siaran televisi Indonesia.

Tidak hanya menjadikan sinetron sebagai sarana menyempurnakan bahasa Indonesianya, Moniz juga menikmati gejolak emosi serta kualitas perfilman Indonesia. Menurut dia, kualitas sinetron Indonesia sangatlah baik.

Biasanya, kata dia, ia menyaksikan sinetron Indonesia ketika sudah kembali ke kediaman usai bekerja, atau sejak pagi hingga sore hari ketika sedang libur. Terkadang, dia menyaksikannya bersama keluarga.

Tidak jauh dari kediamannya, seorang warga Timor Leste lainnya yang dahulu merupakan seorang WNI yang berprofesi sebagai PNS. Ia bernama Carlos Moreira Da Silva. Ia menyukai lagu-lagu berbahasa Indonesia. Bahkan, ia mengatakan bahwa lagu Indonesia memiliki tempat khusus di hatinya.

Da Silva secara sempurna memainkan lagu Cinta dan Permata ciptaan Panbers menggunakan biola. Ia tumbuh besar sembari diiringi lagu-lagu Indonesia. Karena itu, kecintaan dia kepada lagu berbahasa Indonesia sangatlah kuat.

Indahnya rekonsiliasi antara Timor Leste dengan Indonesia merupakan bukti bahwa negara yang dahulu sempat terlibat konflik dapat kembali rukun dan menjalani persahabatan yang begitu erat.

Secara sosiologis, akar adat-istiadat masyarakat kedua wilayah (sisi barat Pulau Timor yang jadi wilayah Indonesia dan sisi timur Pulau Timor yang jadi Timor Leste) adalah satu, yaitu bahasa Tetum yang menjadi bahasa asli mereka. Masyarakat kedua wilayah ini bisa berkomunikasi dan saling mengerti secara alamiah dan cukup banyak warga yang memiliki sanak-saudara di sisi seberang negaranya. 

"Indonesia dan Timor Leste adalah keluarga," kata Manik. Kedua negara tersebut senantiasa saling mendukung dan menolong satu sama lain layaknya saudara. Suasana harmonis antarnegara pun tercipta apik.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2022