Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Nasional Aktivis 98 (Pena 98) Adian Napitupulu mengatakan rumah yang diberikan untuk keluarga korban peristiwa Trisakti merupakan hasil perjuangan para aktivis 1998 selama empat tahun.

"Rumah tersebut tidak diberikan secara tiba-tiba, tetapi diperjuangkan bersama kawan-kawan korban, yakni sesama aktivis 1998 sejak empat tahun yang lalu," kata Adian dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

Dengan demikian, menurutnya, kepedulian Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, dengan menugaskan PT Bank Tabungan Negara (BTN) memberikan bantuan rumah kepada empat keluarga atau ahli waris korban peristiwa Trisakti di Jakarta, Senin (25/4), merupakan persoalan kemanusiaan dan upaya menepati janji kepada keluarga korban, tanpa bermaksud meniadakan pengusutan.

Sebelumnya, pada akhir tahun 2021, dia menceritakan berkesempatan makan siang di ruang makan Komisi VII DPR dan mengobrol dengan Wakil Ketua Komisi VII DPR Maman Abdurachman.

Dalam obrolan ringan itu, mereka membahas mengenai rencana rumah untuk keluarga korban Trisakti yang belum terealisasikan sejak pembicaraan antara sejumlah aktivis 1998 dengan Presiden Jokowi di Bogor, Jawa Barat, pada 2018 lalu.

"Mungkin karena Maman juga terlibat aksi saat itu dan merupakan alumnus Trisakti, Maman merespons dengan antusias. Singkat cerita, Maman akan berusaha meyakinkan Menteri Perindustrian (Agus Gumiwang) siapa tahu mau ikut berpartisipasi," kata Adian.

Baca juga: Pena 98 apresiasi Erick Thohir peduli kepada keluarga korban Trisakti

Namun, ternyata rumah untuk keluarga korban Trisakti telah terlebih dahulu disiapkan oleh Erick Thohir melalui bantuan koordinasi dari staf khususnya, yakni Daniel Wawengkang. Adian menemui Daniel pada 12 Januari lalu dan berdiskusi tentang rencana pemberian rumah untuk keluarga korban Trisakti.

"Pada 19 April 2022, saya dan Maman bertemu dengan Agus Gumiwang. Dalam kesempatan itu, saya sampaikan bahwa Erick Thohir sudah menyiapkan empat rumah. Lalu, Agus menyatakan, karena rumah sudah ada, maka lebih baik ia membantu modal usaha untuk keluarga korban masing-masing sebesar Rp750 juta atau total Rp3 miliar," jelasnya.

Hal itu juga merupakan penjelasan untuk mencegah munculnya spekulasi bahwa pemberian rumah dan bantuan modal usaha kepada para keluarga korban Trisakti menjadi sarana jualan politik.

Sebagai pihak yang mengawal perjuangan untuk memenuhi janji pemberian rumah kepada keluarga korban Trisakti, Adian mengatakan tidak ada pembicaraan mengenai politik, terutama Pemilu 2024.

"Dari proses yang saya ikuti hari demi hari, tidak ada satu pun pembicaraan, apalagi komitmen terkait politik, khususnya Pemilu 2024; apakah itu ajakan memilih atau tidak memilih seseorang," ujarnya.

Baca juga: Pengungkapan dua kasus dugaan pelanggaran HAM berat masih dalam proses

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022