Jakarta (ANTARA) - Kehadiran komunitas penggemar (fandom) mampu menggugah rasa kebersamaan antara anggota hingga memberikan dorongan kreativitas kepada subjek/objek yang digemari. 

Hal tersebut diungkapkan melalui riset dari Hakuhodo Institute of Life and Living ASEAN (HILL ASEAN) melalui studi "Into the Fandom – How Tribes of Fans will be the Next Power in Society?".

Institute Director HILL ASEAN dan Executive Director Strategy Hakuhodo International Indonesia, Devi Attamimi, dalam pemaparannya, dikutip pada Jumat, mengatakan kehadiran fandom di Asia Tenggara (ASEAN) bukanlah hal yang baru. Apalagi didorong dengan kondisi pandemi yang ternyata mendorong jumlah orang yang mengikuti komunitas fandom meningkat secara signifikan.

Baca juga: Fandom K-pop di Indonesia donasikan Rp1,4 milyar untuk korban bencana

"Ini karena masyarakat menjadi lebih punya banyak waktu di rumah dan mencari cara yang paling memungkinkan untuk mengakses hal yang mereka sukai dan memenuhi afirmasi diri," kata Devi.

"Di sisi lain, antusiasme terhadap fandom juga mengingatkan tentang berbagai tantangan sosial dan ekonomi yang telah mengakar di ASEAN dan sulit atau tidak dapat diselesaikan oleh masyarakat umum," imbuhnya.

Lebih lanjut, Devi mengatakan komunitas fandom di ASEAN merupakan bentuk "masyarakat ideal" (utopia) dimana semua anggota sama sejajar – tidak ada hirarki, berkomunikasi dengan bebas, tidak memandang usia, jenis kelamin, kebangsaan, atau status ekonomi dan sosial.

Selain kesetaraan, komunitas fandom ASEAN memiliki kreativitas – bekerja sama untuk merencanakan sesuatu untuk bersenang-senang bersama; sebagai keluarga kedua – saling percaya dan dapat membantu satu sama lain; dan memiliki kekuatan kelompok – memanfaatkan kekuatan bersama untuk memberikan pengaruh terhadap kepentingan fandom dan masyarakat, merasakan sensasi nyata membuat perbedaan di dunia.

"Dapat dikatakan, keragaman dan kesetaraan sungguh diwujudkan dalam komunitas ini sehingga terbentuk hubungan dan solidaritas yang murni tanpa untung atau rugi. HILL ASEAN menyebut fandom ini sebagai ‘MATTER-VERSE’ – sebuah komunitas ideal yang merespon kebutuhan penting masyarakat yang sulit dicapai di dunia nyata," jelas dia.

Bagi masyarakat ASEAN, bergabung dalam fandom merupakan salah satu bentuk dalam memenuhi kebutuhan untuk memiliki hubungan/bersosialisasi dengan orang lain. Mereka secara aktif berinteraksi dan berbagi informasi di antara sesama anggota komunitas.

Sementara masyarakat Jepang yang menggunakan fandom untuk bersenang-senang dan mengatasi rasa kesepian atau stres.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek fandom yang paling banyak diikuti di ASEAN selama pandemi sesuai urutan adalah K-Pop, game, dan memasak. Secara khusus, urutan subjek fandom terbanyak di Indonesia adalah memasak, game, dan K-Pop.

Selain itu, sekitar 83 persen masyarakat ASEAN juga mengakui mereka memiliki brand yang sangat disukai dan menjadi penggemar dari brand tersebut. Alasannya antara lain karena kualitas produk atau layanan yang baik, adanya nilai emosional, dan didukung komunitas fandom yang tak terbatas.

"Seperti tahun-tahun sebelumnya, hasil riset ini diharapkan dapat memberikan energi baru dan positif bagi kita semua," kata CEO Hakuhodo International Indonesia Irfan Ramli.

"Kehadiran fandom dapat menjadi sebuah kesempatan dalam membuka peluang pasar, dengan memanfaatkan karakter konsumen pada brand, menuju ke arah yang lebih baik," imbuhnya.

Baca juga: DC konfirmasi acara FanDome kembali digelar Oktober mendatang

Baca juga: China ingin hilangkan budaya penggemar kacau di internet

Baca juga: Penjualan album lama K-Pop meningkat seiring pertumbuhan "fandom"

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022