Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) menghimbau kepada pelaku pasar saham untuk tetap waspada terhadap kondisi pasar saham global meski peringkat Indonesia naik menjadi investment grade.

"Investor jangan terlalu agresif, harus tetap waspada meski peringkat kita naik menjadi investment grade, kondisi Eropa masih belum jelas. Pasar akan menbuat keseimbangan sendiri," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan, kenaikan peringkat Indonesia dari BB+ (double B plus) menjadi BBB- (triple B minus) oleh lembaga Fitch`s Rating membuat Indonesia semakin "seksi" di mata investor asing karena level peringkat investment grade ini lebih cepat dari perkiraan sejumlah kalangan baru didapat pada 2012.

"Saya kira semua orang prediki inagurasi naik kelas. Banyak yang katakan peringkat kita naik pada tahun depan, tapi ternyata lebih cepat. Dampaknya `record` Indonesia bagus, dan menjadikan Indonesia jadi lebih seksi," ujar dia.

Ia mengemukakan, ketika suatu lembaga pemeringkat dunia menaikkan peringkat suatu negara maka pengelola dana (funds) besar akan lebih fokus pada negara itu.

"Fund-fund besar yang belum melihat Indonesia tentu akan mencermati. Kita harus manfaatkan momentum ini. Paling tidak ada satu potensi," kata Eddy.

Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada menambahkan, kondisi pasar saham global yang belum kondusif akibat belum adanya titik temu penyelesaian krisis utang eropa dapat menjadi sentimen negatif ke depanya.

Ia mengatakan, posisi peringkat Indonesia menjadi investment grade maka dapat di sejajarkan dengan negara India, China, Brazil.

"kita telah mendapatkan peringkat `investment grade` dengan outlook stabil dari Fitch Rating, dengan begitu negara kita sejajar dengan India, China, Brazil," ujarnya.

Meski demikian, ia mengaku khawatir dengan peringkat Indonesia yang naik itu dikarenakan dana asing yang akan masuk ke dalam negeri akan semakin deras.

"Di sisi lain senang, namun disisi lain ada kekhawatiran. Indonesia akan kedatangan dana asing yang deras setelah mendapatkan peringkat itu, namun jika tidak dikelola secara baik dikhawatirkan memicu timbulnya `bubble` (penggelembungan) dana," kata dia.

(ANTARA)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011