Kami percaya hal ini akan membantu mengurangi beban pasien
Jakarta (ANTARA) - Dalam rangka memperingati Hari Hipertensi Sedunia, OMRON Healthcare Indonesia berkolaborasi dengan Kelompok Kerja (Pokja) Hipertensi Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dan Yayasan Jantung Indonesia untuk mendorong pengendalian tekanan darah dan kepatuhan pengobatan sebagai kunci mengontrol hipertensi.

Direktur OMRON Healthcare Indonesia Tomoaki Watanabe saat virtual media gathering pada Jumat mengatakan, hal tersebut sejalan dengan misi OMRON untuk menciptakan dunia yang bebas dari penyakit kardiovaskular atau Going for Zero melalui perawatan preventif seperti membiasakan pemantauan tekanan darah secara teratur, mengontrol hipertensi secara aktif, dan menerapkan gaya hidup sehat.

“OMRON senang sekali bisa berpartisipasi dalam peringatan Hari Hipertensi Sedunia 2022 dan berkomitmen untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan manfaat pemantauan tekanan darah secara rutin di rumah," ujar Tomoaki.

Baca juga: Faktor risiko tak terkontrol jadi alasan prevalensi hipertensi naik

"Kami juga ingin mengingatkan bahwa monitoring tekanan darah harus diikuti dengan perubahan gaya hidup dan tindakan pengobatan untuk memastikan pengelolaan hipertensi dalam batas normal," lanjutnya.

Tomoaki mengatakan, OMRON berkomitmen untuk berkontribusi dalam menurunkan jumlah kasus yang berujung pada kematian atau menyebabkan pasien dirawat di rumah sakit, hingga nol kasus.

Adapun inisiatif OMRON untuk mewujudkan dunia yang bebas dari penyakit kardiovaskular adalah berkontribusi dalam pengendalian hipertensi dengan merancang perangkat-perangkat inovatif. Saat ini, OMRON memiliki lebih dari 50 paten teknologi.

Kemudian, evolusi pengobatan penyakit kronis melalui percepatan layanan Remote Patient Monitoring (RPM), serta mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menganalisa data-data vital tubuh di rumah demi mendukung diagnosis dan perawatan pasien hipertensi.

"Kami menantang diri kami untuk mengembangkan perangkat dan layanan yang memungkinkan orang mendeteksi hipertensi dan aritmia yang merupakan faktor risiko pada tahap awal dan mendukung setiap orang untuk meningkatkan kebiasaan gaya hidup sehat, serta menambah nilai pada pengelolaan kesehatan di rumah melalui monitoring," tutur dia.

Baca juga: Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia

"Kami percaya hal ini akan membantu mengurangi beban pasien dan keluarga mereka serta berkontribusi pada kehidupan yang lebih sehat dan memuaskan,” lanjutnya.

Sebagai informasi bahwa berdasarkan studi dari WHO, menunjukkan jumlah penderita hipertensi berusia 30-79 tahun telah bertambah dari 650 juta menjadi 1,28 miliar orang,

Sementara di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mendapati bahwa hanya separuh 54 persen penderita hipertensi yang rutin minum obat anti hipertensi. Sebanyak 32,27 persen mengatakan tidak rutin minum obat dan 13,33 persen malah mengaku tidak pernah minum obat sama sekali.

Padahal, menurut spesialis jantung dr. Devie Caroline, Sp.JP, FIHA, kepatuhan minum obat yang kurang optimal merupakan salah satu alasan penderita hipertensi menjadi tidak terkontrol tekanan darahnya.

"Beberapa alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita hipertensi merasa sehat, lupa minum obat, penderita memilih obat tradisional dan selain itu takut efek samping obat. Oleh sebab itu diperlukan beberapa strategi supaya penderita hipertensi menjadi patuh minum obat,” ujarnya.

Baca juga: Pengidap hipertensi yang tak patuh minum obat berisiko kena komplikasi

Baca juga: Pentingnya ukur tekanan darah secara rutin sebelum muncul keluhan

Baca juga: Komnas Pengendalian Tembakau: Merokok salah satu penyebab hipertensi

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022