Bandarlampung (ANTARA News) - Kapolda Lampung Brigjen Polisi Joodie Rooseto mengatakan penyebaran tayangan video tentang pembantaian dan pemenggalan kepala warga Mesuji, Lampung, berdampak pada penurunan jumlah wisatawan ke provinsi itu.

"Saya mendapat  banyak SMS dari masyarakat nasional dan internasional yang menyayangkan kejadian itu di Lampung, dan membuat mereka untuk sementara ini enggan mendatangi Lampung," kata Joodie, Rooseto, di Bandarlampung, Minggu.

Joodie, menegaskan bahwa lokasi pembantaian dan pemenggalan yang menewaskan 30 orang itu tidak terjadi di Wilayah Polda Lampung.

"Sejak gambar itu beredar luas, kami langsung turun ke lapangan dan hasilnya, sampai sekarang kami belum menemukan dan dapat dipastikan kejadian itu tidak di Lampung," ujarnya.

Joodie menyebutkan, kemungkinan pembantaian tersebut terjadi di Desa Sodong, Kecamatan Mesuji, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan, karena Mesuji dan Mesuji OKI hanya dipisahkan  oleh sungai.

Pada Minggu pagi, tim pencari fakta (TPF) dari Komisi III mengunjungi lokasi yang disebut-sebut sebagai tempat  kejadian  di Mesuji, Lampung.

Rombongan dipimpin Azis Syamsudin, mereka bergerak dari Bandarlampung pukul 05.00 WIB. Perjalanan tersebut menempuh jarak sekitar 170 kilometer dari Bandarlampung.

Dalam dengar pendapat antara Komisi III dengan jajaran Polda dan pemerintahan Provinsi Lampung, terungkap ada ketidakjelasan penguasaan lahan antara perusahaan dan warga.

"Pembantaian dan kerusuhan yang kita dengar merupakan ekses dari buruknya kinerja pemerintah, khususnya BPN," kata A Yani, salah satu anggota Komisi III.

Tim yang datang, meminta pemerintah Provinsi Lampung untuk mengungkapkan kejujuran dibalik konflik tersebut untuk kepentingan publik.

"Logika kami tidak sampai, kalau BPN tidak dapat melakukan pengukuran tanah seluas 7 ribu hektare, di zaman yang serba menggunakan teknologi seperti ini," ujarnya.
(ANT-316)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011