Belitung, Babel (ANTARA) - Mie Belitung Atep menjadi salah satu kuliner yang wajib dicoba ketika mengunjungi Negeri Laskar Pelangi Belitung. Usaha yang dimulai sejak 1973 ini masih berdiri hingga sekarang.

Sang pemilik, perempuan bernama Atep (73) berbagi cerita kepada ANTARA tentang rahasia usaha mi rebus tradisional asli Belitung besutannya tetap berjaya.

"Kuncinya yaitu sabar dan jangan galak kepada pelanggan. Harus ramah," kata Atep ditemui di Belitung, Babel, Minggu.

Atep berkisah resep mi yang didapat dari orang tuanya itu merupakan warisan keluarga  secara turun temurun. Namun, orang tuanya memilih untuk tidak menjualnya, dan hanya dinikmati untuk keluarga.

"Tapi, ibu saya bilang, kalau mau dijual silahkan, ibu yang kasih resepnya," ujar Atep.

Mie Belitung Atep. ANTARA/Sella Panduarsa Gareta
Sejak saat itu, Atep mulai mencoba resep yang diberikan ibunya, sambil memodifikasi rasa dan meminta masukan dari handai tolan.

Sampai satu hari, ibu tiga orang anak itu menemukan rasa yang pas dengan takaran bumbu yang betul-betul ditimbang. Ditambah isian tahu, kentang, timun, dan taburan emping melinjo.

Resep itulah yang ia gunakan untuk membuat Mie Atep sejak 49 tahun yang lalu, ketika usianya 28 tahun.

Atep secara konsisten menjaga cita rasa mi buatannya, namun beberapa kali menggunakan sajian berbeda.

Awalnya, kedai Mie Belitung Atep terbuat dari bedeng. Atep juga mengemas mi untuk dibawa pulang pelanggan menggunakan daun simpur untuk membungkus mi dan plastik untuk kuah.

"Daun simpur hanya ada di Belitung. Kalau dibungkus pake daun simpur, ketika minya dibuka itu wangi," ujar Atep.

Seiring berjalan usahanya, kedai Mie Atep mulai menjadi sebuah bangunan permanen dengan lokasi yang sama. Atep sempat menghilangkan kemasan daun simpur, namun kembali digunakan untuk alas di atas piring mi setelah diberi masukan oleh Bupati Belitung saat itu.

Ketika pandemi COVID-19 melanda, Mie Atep berupaya bertahan dengan tetap membuka kedai, meskipun sepi pembeli. Penjualannya bahkan merosot hingga 90 persen dibandingkan saat sebelum pandemi.

Hingga sempat kedainya ditutup selama dua minggu dan sampai mengurangi karyawan akibat wabah tersebut.

Namun, Atep tetap bersabar dan berdoa agar pandemi lekas berlalu dan usahanya dapat kembali berjalan.

"Saat sepi, kami tidak apa-apa, sabar saja. Tetap ramah kalau ada pelanggan," ujarnya.

Ia pun bersyukur penikmat Mie Atep kembali berdatangan usai pandemi COVID-19 mulai mereda.

Selain di Belitung, Mie Atep juga dapat dinikmati di daerah Jakarta, yang mana anak pertama Atep menjadi pemilik sekaligus pengelolanya.

Atep berharap usaha dan resep yang dibangunnya hampir setengah abad itu dapat terus dijalankan oleh anak dan cucunya.

"Anak pertama yang jalankan, karena dia yang bisa urus. Kalau tidak disambung kan sayang," pungkasnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022