Jakarta (ANTARA) - Pihak keluarga Prof. Fahmi Idris bin Idris Marah Bagindo mengenang almarhum sebagai sosok yang mengutamakan pendidikan.

Dalam kondisi divonis kanker, Fahmi Idris menuntaskan pendidikan doktoral, memiliki dua gelar doktor yakni doktor bidang Manajemen Sumber Daya Manusia dan Filsafat di Universitas Indonesia. Ia pun mendapat gelar kehormatan profesor dari Universitas Padang.

"Almarhum sudah terkena kanker tahun 2014, tapi semangatnya luar biasa, dan cita-citanya beliau mau sekolah doktor. Saat kena kanker, beliau sekolah lagi, jadi 2 gelar doktornya," kata Aldwin Rahardian, menantu Fahmi Idris, di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Minggu.

Baca juga: Gubernur DKI: Fahmi Idris sangat mencintai Indonesia

Menurut Aldwin, keinginan Fahmi Idris, Menteri Perindustrian Indonesia ke-22 pada Kabinet Indonesia Bersatu (2004) era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini untuk menuntaskan pendidikan hingga strata 3 (S3) jenjang pendidikan tertinggi, karena teringat akan amanat almarhum ibunya yang dipanggil Amak.

"Amak, Ibunya Pak Fahmi Idris itu pernah berpesan sekolah harus yang paling tinggi. Sehingga beliau jalankan amanat itu," katanya.

Kesehatan Fahmi Idris menurun sejak sepekan terakhir, penyakit kanker darah myeloma disertai infeksi menyulitkan penyembuhannya.

"Karena kanker dan ada komplikasi juga, saya antar sendiri ke rumah sakit, kondisinya drop Rabu (18/5)," ujar suami Fahira Idris ini.

Setelah dirawat selama beberapa hari, ketika putri pertamanya Fahira Idris pulang dari dinas di luar kota, Fahmi Idris yang dalam kondisi perawatan intensif bereaksi, seolah ingin berbicara dengan anak-anaknya.

Namun peralatan medis yang mengelilinginya menyulitkannya berbicara. Setelah putrinya memanggilnya, 10 menit kemudian, Fahmi Idris menghembuskan nafas terakhir ada Minggu (23/5) pukul 10.00 WIB.

Baca juga: Zulkifli Hasan: Fahmi Idris tokoh perjuangan

"Kebetulan istri saya sedang berada di luar kota. Ketika sampai pagi di rumah sakit, Fahira berkomunikasi dengan bapaknya, panggil ayah. Lalu bereaksi, ingin bicara tapi kesulitan banyak alat, 10 menit kemudian wafat," kenang Aldwin.

Fahmi Idris wafat meninggalkan 2 orang putri, 6 orang cucu dan 2 orang cicit.

Sebagai menantu, Aldwin mengatakan Almarhum Fahmi Idris menjadi inspirasi bagi keluarga besar.

"Beliau mewanti-wanti soal pendidikan, berkontribusi pada kepentingan banyak orang, masyarakat. Itu selalu ditanamkan kepada putra putrinya. Beliau layak ditempatkan sebagai dari tokoh bangsa," kata Alwin.

Almarhum Fahmi Idris dimakamkan di Flat 048 blok A1 Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Minggu.

Sebelum dibawa ke TPU Tanah Kusir, jenazah Fahmi Idris disemayamkan di rumah duka di Jalan Mampang Prapatan IV Nomor 20, Jakarta Selatan.

Sejumlah tokoh politik hadir di rumah duka yakni Wakil Presiden RI ke-10 dan 12 Jusuf Kalla, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjung dan Wakil Ketua DPR RI Rahmat Gobel.

Profesor Fahmi Idris bin Idris Marah Bagindo meninggal dunia sekitar pukul 10.00 WIB. Almarhum merupakan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia Ke-20 era Presiden BJ Habibie. Selanjutnya Menteri Perindustrian Indonesia Ke-22 pada Kabinet Indonesia Bersatu (2004) era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Baca juga: Saleh Husin: Kegigihan Fahmi Idris tempuh pendidikan perlu dicontoh
Baca juga: Jusuf Kalla ajak semua pihak kenang Fahmi Idris dalam kebaikan

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2022