Hong Kong (ANTARA) - Pasar saham Asia melemah pada perdagangan Senin sore, karena investor khawatir inflasi dan kenaikan suku bunga yang akan menghambat prospek ekonomi global.

Selain itu, situasi COVID-19 di China juga membebani sentimen dengan perusahaan-perusahaan sektor teknologi sangat terpukul.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,3 persen karena pasar-pasar utama kawasan itu diperdagangkan di zona merah. Harga minyak naik dan emas memperpanjang keuntungan baru-baru ini.

Namun, pasar AS dan Eropa tampaknya mengabaikan suasana Asia yang suram dengan indeks pan-region Euro Stoxx 50 berjangka terangkat 1,35 persen, DAX Jerman berjangka 1,4 persen lebih tinggi dan FTSE berjangka naik 0,83 persen. Sementara itu, indeks S&P 500 berjangka naik 1,04 persen.

Saham Australia memangkas kenaikan awal menjadi berakhir naik tipis 0,05 persen pada Senin, sementara indeks saham Nikkei Jepang melawan tren regional dan ditutup 0,98 persen lebih tinggi.

Sentimen negatif terlihat saat Indeks Hang Seng Hong Kong menetap turun 1,19 persen dan Indeks CSI300 China daratan ditutup melemah 0,58 persen, terbebani oleh sektor teknologi. Indeks Hang Seng Teknologi jatuh 2,2 persen dan merosot 26,5 persen sepanjang tahun ini.

"Penjualan di saham Asia terutama didorong oleh sentimen negatif global yang ada saat ini," kata Jack Siu, kepala investasi China Credit Suisse kepada Reuters.

Saham sektor teknologi China, tambahnya, akan tetap bergejolak sampai ada kejelasan peraturan yang lebih besar dan pasar AS stabil.

Angka harian COVID-19 di China tetap diawasi ketat oleh investor dan Beijing pada Senin melaporkan 99 infeksi baru untuk hari sebelumnya, penghitungan harian terbesar sejauh ini selama wabah berusia sebulan.

Penurunan di pasar China pada Senin terjadi setelah akhir pekan lalu yang mengejutkan kuat, ketika pasar Hong Kong dan daratan naik antara hampir 2,0 persen dan 3,0 persen.

Ada 2,13 miliar dolar AS arus masuk bersih ke saham daratan pada Jumat (20/5/2022) oleh investor asing, tertinggi pada tahun 2022, menurut data bursa.

Dalam valuta asing, indeks dolar yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang mitra dagang utama lainnya, turun 0,35 persen pada 102,63.

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun naik menjadi 2,8207 persen dari penutupan AS di 2,787 persen pada Jumat (20/5/2022). Imbal hasil obligasi dua tahun, yang naik bersama ekspektasi pedagang untuk suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 2,6266 persen, naik dari 2,583 persen.

Tekanan inflasi tetap menjadi perhatian utama bagi investor, mengingat angka inflasi grosir Jerman yang diterbitkan pada Jumat (20/5/2022) menunjukkan lonjakan yang lebih tinggi dari perkiraan, mengindikasikan harga-harga akan tetap tinggi dalam jangka pendek.

Di Australia, Partai Buruh memenangkan pemilihan umum pada akhir pekan, mengakhiri kekuasaan hampir 10 tahun oleh saingan konservatif mereka.

Sementara Partai Buruh telah menjanjikan iklim, perumahan dan reformasi kesejahteraan sosial yang ditingkatkan, para analis tidak percaya bahwa perubahan dalam pemerintahan akan menciptakan implikasi besar bagi perekonomian.

"Dalam pandangan kami, ada sedikit usulan dari pemerintah yang akan datang selama kampanye pemilihan bahwa pada tahap ini mengharuskan kami untuk meninjau kembali perkiraan ekonomi kami," tulis ekonom CBA pada Senin.

"Dengan kata lain, prakiraan ekonomi dan seruan RBA (bank sentral Australia) kami tidak berubah meskipun ada perubahan kepemimpinan nasional."

Dolar melemah 0,24 persen terhadap yen menjadi 127,54 setelah awalnya menguat. Itu masih agak jauh dari tertinggi tahun ini di 131,34, yang dicapai pada 9 Mei.

Minyak mentah AS naik 0,64 persen menjadi diperdagangkan di 110,24 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent naik 0,9 persen menjadi diperdagangkan di 112,68 dolar AS per barel.

Sementara itu, kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi global telah memberikan dukungan baru untuk emas.

"Harga emas mengalami kenaikan mingguan pertama sejak pertengahan April karena permintaan safe-haven didorong oleh kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi di tengah inflasi yang tinggi," kata analis ANZ dalam sebuah catatan penelitian pada Senin. "Dolar AS yang lebih lemah juga telah meningkatkan selera investor."

Emas spot menguat 0,3 persen pada Senin sore menjadi diperdagangkan di 1.854,90 dolar AS per ounce.


Baca juga: Pasar saham Asia bergumul dengan kekhawatiran inflasi dan suku bunga
Baca juga: Saham Asia merosot karena kekhawatiran pertumbuhan global meningkat
Baca juga: Pasar saham Asia naik, dibayangi kekhawatiran pemulihan ekonomi global

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022