Jakarta, (ANTARA News) - Dalam 10 tahun terakhir populasi Badak Sumatera turun secara dratis, sekitar 50 persen, akibat perburuan liar dan perusakan habitat, perambahan hutan dan pencurian kayu. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Departemen Kehutanan Adi Susmianto di Jakarta, Rabu (1/3). Berdasarkan analisa viabilitas (peluang hidup-red) populasi dan habitat pada 1993 populasi Badak Sumatera berkisar antara 215 ekor hingga 319 ekor dimana sebelumnya berkisar 420 hingga 875. "Badak Sumatera saat ini ada di empat lokasi taman nasional di Pulau Sumatera sekalipun ditengarai di luar itu ada juga," katanya. Populasi Badak Sumatera terdapat di Taman Nasional Gunung Leuser, Kerinci Seblat. Bukit Barisan Selatan dan Way Kambas. Tetapi, kata dia, sekalipun terkonsentrasi di empat taman nasional, Badak Sumatera terancam punah karena adanya perburuan liar baik secara modern atau tradisional, pembukaan hutan dan fragmentasi habitat. "Dahulu, antar habitat satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh koridor yang berupa hutan sehingga badak masih bisa lalu lalang antar habitat satu dengan yang lainnya sekarang hampir tidak mungkin karena koridor- koridor itu telah berubah jadi sawah, kebun atau pemukiman," katanya. Untuk mewujudkan program tersebut, kata dia, ada beberapa langkah yang akan dilakukan. "Pertama adalah penelitian ilmiah yang meliputi analisis genetik (DNA), monitoring distribusi, pergerakan dan wilayah jelajah betina dan anak untuk mengetahui perilaku dan siklus reproduksi," katanya. Kemudian, lanjut dia, dilakukan upaya untuk memperbaiki koridor antar habitat agar habitat Badak Sumatera tidak terfragmentasi. "Tetapi prioritas mungkin terletak pada usaha untuk pengembangbiakan Badak Sumatera di Way Kambas," kata Adi. Saat ini Taman Nasional Way Kambas memiliki empat Badak Sumatra yang terdiri dari satu jantan dan tiga betina.(*)

Copyright © ANTARA 2006