Makassar (ANTARA) - Indonesia, Filipina, dan Jepang akan melakukan latihan bersama penanggulangan tumpahan minyak di Laut secara regional (Regional Marpolex) di Pelabuhan Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman menyatakan kegiatan itu sebagai komitmen bersama dan momentum pemulihan laut dari tumpahan minyak.

“Ini bukan hanya untuk Indonesia tetapi lintas negara atau negara yang ada di kawasan,” kata Andi Sudirman Sulaiman pada pembukaan Latihan Regional Polisi Kelautan (Regional Marpolex) 2022 dan Latihan Bersama Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut di Lapangan Upacara Rumah Jabatan Gubernur, Selasa.

Gelar pasukan dilaksanakan pada 26 Mei 2022 di Pelabuhan Makassar. Kegiatan itu rutin dilaksanakan dan sudah sebanyak 22 kali dan tahun ini Sulsel menjadi tuan rumah. Total 15 kapal akan diturunkan dari ketiga negara tersebut.

Baca juga: Bakamla RI dan MSC Singapura kerja sama atasi tumpahan minyak

Baca juga: Kehadiran Pemerintah Indonesia dalam kasus tumpahan minyak Montara


Latihan Marpolex ini, kata Sudirman, di samping pemenuhan kebutuhan energi, tetapi harus pula bertanggungjawab terhadap dampak yang ditimbulkan.

Tumpahan minyak adalah masalah serius yang dampaknya lintas kawasan dan polusi bagi lingkungan, biota laut dan manusia.

“Tumpahan minyak jadi momok bagi kita, ketika di satu sisi membutuhkan energi di satu lain ada dampaknya jika ceroboh. Bagaimana mengelola sumber daya alam, termasuk minyak tetapi tetap ramah pada ekosistem," ujarnya.

Sudirman berharap kegiatan latihan itu menguji dan mengevaluasi prosedur yang telah dilaksanakan di Indonesia dan mencontoh prosedur penanganan yang baik dari negara lain untuk diimplementasikan di Indonesia.

Sebab tumpahan minyak bisa terjadi pada produksi dan pengangkutan minyak. Demikian juga dari alat transportasi laut.

“Negara harus membuat prosedur standar, bagaimana memulihkan lingkungan dari tumpahan minyak dengan respon cepat. Ini agar bisa menjadi program lebih baik ke depan. Melihat standar penanganan di Jepang dan Filipina yang baik yang dapat diimplementasikan,” ucapnya.

Respon cepat adalah salah satu standar yang harus dimasukkan untuk melengkapi prosedur standar penanganan sehingga perlu peningkatan dalam penanganan tumpahan minyak dan pemulihan lingkungan.

“Kegiatan ini fungsinya menyegarkan kembali bagaimana metodologi pemulihan, karena bukan hal yang mudah mengambil tumpahan minyak di laut. Serta melakukan treatment pada air yang sudah bercampur dengan minyak,” tuturnya.

Upacara Dihadiri juga secara virtual oleh Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi. Hadir secara langsung Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Capt Mugen Sartoto serta delegasi negara sahabat, Kepala Delegasi Penjaga Pantai Filipina, Robert N Patrimonio dan Kepala Delegasi Penjaga Pantai Jepang, RADM Hashimoto Masanori.

Menteri Budi Karya Sumadi berharap komitmen Filipina atas kegiatan ini sebagai negara kepulauan terbesar bersama Indonesia dan berbatasan langsung.

Demikian juga dengan Jepang yang selalu membantu dalam penangan tumpukan minyak. Sehingga kegiatan latihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan untuk penanganan tumpahan minyak.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Perhubungan Laut Capt. Mugen Sartoto menyatakan kapal yang dilibatkan dari Indonesia termasuk yang memiliki kemampuan penanganan tumpahan minyak.

“Jepang sebagai pengamat menyiapkan satu kapal, Filipina empat kapal dan dari kita yang kelas 1 ada tiga kapal, kelas 2 ada dua kapal, itu yang langsung memiliki kemampuan untuk mengatasi tumpahan minyak. Lima lainnya dengan sebagai pendukung,” ujarnya.*

Baca juga: Pertamina tanggulangi tumpahan minyak di perairan Ternate

Baca juga: Luhut: Pemerintah ajukan gugatan dalam negeri tuntaskan kasus Montara

Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022