New York (ANTARA) - Dolar AS menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), menahan sebagian besar kenaikan sebelumnya setelah risalah dari pertemuan Federal Reserve Mei menunjukkan bahwa sebagian besar peserta percaya kenaikan suku bunga setengah poin kemungkinan akan tepat pada Juni dan Juli.

Semua peserta pada pertemuan kebijakan 3-4 Mei mendukung kenaikan suku bunga Fed 50 basis poin bulan ini untuk memerangi inflasi yang mereka sepakati telah menjadi ancaman utama bagi kinerja ekonomi dan berisiko dipercepat tanpa tindakan bank sentral, risalah menunjukkan.

"Saat melakukan sepasang kenaikan suku bunga 50 basis poin selama dua bulan ke depan, The Fed kemungkinan akan akan menyimpan kartunya lebih dekat ke dadanya (berhati-hati), menunggu untuk melihat bagaimana prospek dan risiko terungkap sebelum menawarkan apa yang kami harapkan akan menjadi sinyal kebijakan kuat lainnya. Artinya, kecuali perkembangan inflasi yang mengkhawatirkan lebih lanjut memaksa The Fed untuk meletakkan kartunya di atas meja," kata Michael Gregory, wakil kepala ekonom di BMO Capital Markets.

Imbal hasil obligasi pemerintah sedikit berubah setelah risalah Fed. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang mencapai tertinggi 3,5 tahun pada awal Mei, sempat mencapai posisi terendah enam minggu pada Rabu (25/5/2022) setelah data menunjukkan pesanan baru untuk barang modal buatan AS naik kurang dari yang diharapkan pada April.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang sejenis, turun sedikit setelah risalah Fed dan terakhir naik 0,285 persen pada 102,04.

Dolar telah jatuh ke level terendah satu bulan pada Selasa (24/5/2022) setelah kepala Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde menandai diakhirinya suku bunga negatif di zona euro pada kuartal ketiga, memberikan euro dorongan.

Komentar Lagarde menyiratkan peningkatan setidaknya 50 basis poin dalam suku bunga simpanan dan memicu spekulasi kenaikan yang lebih besar musim panas ini.

Baca juga: Emas naik terangkat pelemahan ekuitas AS karena langkah agresif Fed

Tetapi sementara itu mengangkat euro ke level tertinggi satu bulan di 1,0748 dolar pada Selasa (24/5/2022), euro tergelincir 0,42 persen pada Rabu (25/5/2022), menjadi 1,0690 dolar.

Sementara itu, ketua bank sentral Belanda Klaas Knot mengatakan ECB mungkin tidak membahas pengurangan neraca tahun ini, karena berfokus pada kenaikan suku bunga.

Euro juga mundur 0,34 persen terhadap franc Swiss, yang telah menguat dalam beberapa hari terakhir setelah pejabat bank sentral Swiss mengatakan mereka tidak akan ragu untuk memperketat kebijakan jika inflasi tetap di atas kisaran target.

Di tempat lain, bank sentral Selandia Baru (RBNZ) menjadi bank sentral terbaru yang menaikkan suku bunga setengah poin. Sementara langkah itu sesuai perkiraan, bank juga memberikan panduan hawkish pada jalur kebijakannya, mencatat kenaikan yang lebih besar dan lebih awal mengurangi risiko inflasi menjadi persisten.

Itu telah membantu dolar kiwi naik sebanyak 0,8 persen pada satu titik ke puncak tiga minggu di 0,6514 dolar AS. Tetapi karena dolar AS memperoleh momentum, kiwi menyerahkan sebagian besar kenaikannya, terakhir diperdagangkan naik 0,3 persen pada 0,6480 dolar AS.

"Langkah RBNZ menunjukkan bank sentral tidak dalam mood untuk melambat. Kondisi cukup ketat di banyak negara G10, dan itu merupakan petunjuk bahwa dalam jangka pendek pengetatan kebijakan akan tetap agresif," kata Colin Asher, ekonom senior di Mizuho di London.

Baca juga: Gubernur BI: Fed akan tingkatkan suku bunga hingga 2,75 persen di 2022

Baca juga: DPR ingatkan RI harus bersiap diri hadapi Fed yang lebih "hawkish"


 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022