Memang dari profitabilitas masih banyak yang belum positif. Investor saat ini sudah melihat fundamental perusahaan sektor teknologi yang solid. ....
Jakarta (ANTARA) - Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David E. Sumual menilai kenaikan di sejumlah saham emiten sektor teknologi didorong oleh optimisme ekonomi digital Indonesia bisa tumbuh dan sebagian investor yang menilai fundamental perusahaan teknologi cukup baik.

"Memang dari profitabilitas masih banyak yang belum positif. Investor saat ini sudah melihat fundamental perusahaan sektor teknologi yang solid. Saat ini investor pasar modal mencari emiten yang memiliki fundamental kuat dan memiliki bisnis yang masih terbuka lebar," ujar David dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Setelah mengalami tekanan, saham emiten sektor teknologi kembali menunjukkan ‘tajinya’. Misalnya saja saham Bukalapak yang pada penutupan Rabu (25/5) lalu mengalami kenaikan menjadi Rp282 per saham.

Baca juga: Analis: Koreksi rendah, kepercayaan investor kepada GoTo tetap tinggi

Selain itu, saham PT. GoTo Gojek Tokopedia Tbk juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Jika pada pekan lalu harga sahamnya sempat tertekan hingga Rp190 per saham, pada penutupan kemarin emiten yang memiliki kode bursa GOTO itu sudah mencapai Rp304 per saham.

Namun tak semua emiten teknologi mengalami kenaikan. Pada penutupan perdagangan saham kemarin, PT. Trimegah Karya Pratama Tbk dan PT. Sentral Mitra Informatika Tbk terus mengalami penurunan. Bahkan, tekanan jual saham emiten tersebut menyentuh Auto Rejection Bawah (ARB).

David mengatakan saat ini siklus bisnis perusahaan teknologi baik global, regional, maupun Indonesia memang lagi kurang menguntungkan. Hal itu disebabkan  sentimen kenaikan suku bunga oleh The Fed. Bahkan suku bunga The Fed diperkirakan akan terus dikatrol hingga 3,5 persen.

Sebelumnya pada saat suku bunga The Fed nol persen, perusahaan startup dan teknologi mengalami kenaikan yang sangat signifikan.

David menilai, sebenarnya investor pasar modal tak perlu khawatir untuk berinvestasi di emiten teknologi. Selama perusahaan teknologi tersebut masih bisa meningkatkan arus kas, usahanya masih berjalan sangat bagus, dan emiten tersebut masih dapat membuat ekosistemnya tumbuh, tentu prospek saham emiten teknologi masih menjanjikan.

"Jika emiten tersebut memiliki fundamental yang kuat, harga sahamnya bisa berpotensi membaik. Jika fundamental jelek, tentunya akan terjadi seleksi alam. Semua perusahaan teknologi yang IPO di BEI memiliki prospek harga saham kembali naik. Siklus bisnis yang terjadi di perusahaan digital adalah konsolidasi," kata David.

Baca juga: Wall Street ditutup menguat ditopang saham teknologi besar dan bank

Saat ini, GoTo merupakan salah satu emiten sektor teknologi yang memiliki kinerja solid. GoTo mencatat sejumlah lonjakan transaksi yang signifikan selama Ramadhan 2022, diantaranya, jumlah pesanan di Tokopedia yang dikirimkan menggunakan layanan GoSend (instant maupun sameday) tumbuh sebesar 85 persen dibandingkan tahun lalu.

Jumlah pesanan parsel (hampers) di Tokopedia yang dikirimkan dengan layanan logistik instant maupun sameday GoSend juga meningkat sebesar 60 persen.

Selain itu, jumlah konsumen yang bertransaksi di GoFood meningkat sebesar 25 persen. Sementara itu, mitra GoFood yang menggunakan sarana promosi digital melalui platform Gojek tumbuh sebesar 46 persen. Jumlah pesanan yang diselesaikan untuk layanan GoRide dan GoCar secara kumulatif juga tumbuh lebih dari 35 persen sepanjang Ramadhan tahun ini.

Pertumbuhan itu terjadi seiring pelonggaran pembatasan aktivitas sosial, lebih banyak dilakukannya kegiatan ‘buka puasa bersama’ secara offline, kunjungan dan berkumpul bersama keluarga, serta mulai kembalinya karyawan bekerja di kantor (work from office).

Jika mengacu pada investasi Telkomsel di GoTo, diperkirakan harga rata-rata (average price) Telkomsel di GoTo di kisaran Rp270 per lembar saham. Saat melantai, GoTo menetapkan harga IPO Rp338 per saham dan Rabu (25/5) kemarin harga saham GoTo ditutup Rp304 per saham.

Dengan demikian, Telkomsel berpotensi meraup cuan Rp34 per saham. Artinya, dengan kepemilikan Telkomsel di GoTo sebanyak 23,7 miliar lembar saham, potensi keuntungan di atas kertas mencapai Rp805 miliar.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022