Purwokerto (ANTARA) - Virolog dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr. Daniel Joko Wahyono MBiomed mengatakan sosialisasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) guna mencegah virus cacar monyet (monkeypox) perlu terus diperkuat.

"Kendati hingga saat ini belum ada kasus cacar monyet di Indonesia namun sosialisasi tetap diperlukan sebagai bentuk kewaspadaan terhadap virus cacar monyet," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.

Dr. Daniel Joko Wahyono menjelaskan virus cacar monyet merupakan penyakit yang mirip dengan virus cacar manusia atau "smallpox".

Baca juga: Pembengkakan kelenjar getah bening gejala spesifik cacar monyet

"Penyakit virus cacar monyet ini termasuk penyakit virus yang baru atau 'emerging virus disease' yang mempunyai kemampuan menular atau menginfeksi pada inang baru yaitu dari inang asal monyet ke manusia. Penularan pada manusia pertama kali terjadi pada tahun 1970," katanya.

Dia menambahkan bahwa selain menginfeksi manusia, virus cacar monyet ini juga dapat menginfeksi hewan, contohnya anjing.

"Penyakit cacar monyet ini juga dapat muncul pada wilayah baru yaitu pada wilayah bukan endemik habitat asli monyet di Afrika, seperti wabah kasus penyakit cacar monyet juga terjadi di AS pada tahun 2003 yang ditandai dengan gejala klinis umum pada penderitanya berupa ruam pada kulit dan demam," katanya.

Biasanya, kata dia, penularan penyakit virus cacar monyet ini karena adanya interaksi dengan monyet yang sakit.

Baca juga: Kemenkes waspadai cacar monyet dari pelaku perjalanan

"Sementara penularan antarmanusia bisa terjadi jika melakukan kontak erat dengan penderita cacar monyet melalui cairan dari saluran pernapasan, terkena luka cacar penderita maupun menyentuh benda yang terkontaminasi virusnya," katanya.

Dosen Fakultas Biologi Unsoed yang mengajar mata kuliah virologi itu juga menjelaskan bahwa virus cacar monyet ini merupakan anggota genus Orthopoxvirus yang merupakan keluarga (family) Poxviridae.

"Seperti virus cacar manusia. Virus ini memiliki ciri khas genom untai ganda DNA. Virus dengan genom untai ganda DNA relatif tidak mudah mengalami mutasi, karena dalam mekanisme penggandaan atau replikasi genom virusnya memiliki kontrol terhadap mutasi yaitu proses 'proofreading' DNA," katanya.

Virus cacar monyet, kata dia, dapat dideteksi secara molekuler dengan teknik PCR guna mengetahui etiologi patogen penyakit.

Baca juga: Kemenkes: Vaksin cacar masih efektif tangkal cacar monyet

"Selain itu juga teknik sekuensing atau pengurutan DNA guna mengetahui strain virusnya," katanya.

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022