Ubud terkenal akan karya seni seperti seni lukisan, seni patung, seni tabuh juga seni tarinya
Gianyar, Bali (ANTARA) - Negara-negara G20 akan melakukan pertemuan di Bali pada 15-16 November 2022 ini yang diperkirakan dihadiri 38 pemimpin dunia dan 60 menteri negara anggota G20 (20 negara).

Estimasinya ada 6.500 peserta dari 20 negara yang akan hadir dalam KTT G20 mendatang.

Itu belum termasuk dari media asing yang akan meliput kegiatan KTT G20 tersebut, kata Wakil Gubernur Bali Cok Ace, panggilan akrab Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati.

Belum lagi ajang pertemuan B20 itu dihadiri para pengusaha kelas dunia. B20 atau Business 20 merupakan forum dialog resmi G20 yang akan melibatkan sekitar 1.000 pebisnis yang merupakan delegasi dari negara-negara G20.

Konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 ini akan membahas upaya dan Langkah-langka negara anggota untuk membantu pemulihan ekonomi global akibat pandemi COVID-19 yang melanda dunia selama hampir dua tahun ini.

Belum lagi upaya mengatasi pandemi COVID-19, masyarakat dunia telah menghadapi krisis global akibat perang Rusia lawan Ukraina, di mana perang ini telah menyebabkan krisis energi, pangan dan menimbulkan inflasi di banyak negara.

Jadi para peserta G20 dan B20 di Bali harus membahas upaya dan solusi pemulihan ekonomi dunia pasca pandemi COVID-19, ditambah dampak perang Rusia lawan Ukraina yang mengancam krisis ekonomi dunia berkepanjangan.

Jumlah peserta pertemuan G20 yang mencapai ribuan itu sudah tentu menjadi potensi meningkatnya angka kunjungan wisata di Bali, dan Ubud yang menjadi destinasi wisata favorit selain menawarkan wisata keindahan alam juga terkenal sebagai wisata obat.

Nama Ubud berasal dari kata ubad (bahasa Bali) yang artinya obat. Karena disekitar daerah Campuhan Ubud, banyak ditemukan tanaman obat untuk pengobatan secara tradisional.

Oleh karena itu, para wisatawan yang datang ke Ubud umumnya untuk yoga dan meditasi. Tempat yoga sudah seperti minimarket berada di tiap sudut. Ditambah menjamurnya restoran sehat, vegetarian, yang dibutuhkan orang-orang yang suka Yoga, meditasi dan memiliki pola hidup sehat.

Apalagi peserta pertemuan G20 di Bali ini memiliki topik dan tugas yang berat. Jadi pertemuan perlu diiringi dengan wisata di sejumlah destinasi di Ubud, sekaligus menjadi obat lelah dan merelaksasi pikiran.

Baca juga: Ubud dipersiapkan jadi destinasi wisata gastronomi standar dunia
Baca juga: Menparekraf dorong pengembangan wisata edukasi di Ubud Bali

Monkey Forest

Peserta G20 dan B20 bisa berwisata ke Monkey Forest, di Ubud.

Hutan Monyet Ubud Bali atau Ubud Monkey Forest Bali itu merupakan daerah konservasi hutan dan rumah bagi sekitar 900 monyet yang hidup di sana. Di hutan seluas 12,5 Ha ada 186 spesies pohon yang dapat dinikmati para pengunjung.

“Karena merupakan kawasan hutan jadi suasananya tenang, teduh dan nyaman bagi para wisatawan yang dapat menghirup udara segar sepuas-puasnya,” kata General Manager Ubud Monkey Forest, Nyoman Sutarjana

Pengelolaan Kawasan hutan di jantung desa Ubud ini merupakan usaha masyarakat setempat sejak tahun 1970an. Upaya itu membuahkan banyak prestasi, di antara nya menerima penghargaan Kalpataru pada tahun 2012. Jadi Ubud Monkey Forest itu merupakan BUMDes.

Setelah sukses merawat konservasi hutan, Desa Padangtegal telah membangun rumah kompos sejak tahun 2012. Rumah kompos di area Ubud Monkey Forest memiliki luas 40 are (4.000 meter persegi) akan mengolah limbah sampah rumah tangga masyarakat setempat untuk dijadikan pupuk kompos.

“Jadi rumah kompos di Kawasan Ubud Monkey Forest menjadi destinasi wisata baru, wisata edukasi, bagaimana masyarakat desa mengatasi masalah sampah yang akhirnya dapat diolah menjadi pupuk kompos,” kata Kades Desa Adat Padangtegal I Made Gendra.

Baca juga: Bappenas rancang "Forbidden City" di kawasan wisata Ubud Bali

Tegalalang

Para peserta G20 dan B20 juga dapat menikmati hamparan sawah yang tertata rapi di Desa Tegalalang. Melihat profesi masyarakat Bali yang hidup dari sektor pertanian.

Berbagai sarana permainan telah dibangun di desa wisata itu. Para pengunjung selain menikmati hamparan sawah yang indah juga dapat menikmati ayunan sambal menikmati hamparan sawah. Permainan ayunan ini merupakan wisata adventure.

Selain itu ada bersepeda di udara. Para wisatawan dapat bersepeda di udara dari satu titik ke titik yang lain dengan latar belakang persawahan. Wisata berpetualang yang mengasyikkan sambil menikmati hamparan sawah yang menyejukkan mata.

Di Kawasan wisata ini, banyak restoran dan café yang menawarkan berbagai kuliner khas Bali serta kopi Luwak. Jadi para wisatawan dapat makan siang sampil mencicipi kopi dengan pemandangan sawah yang hijau.

Baca juga: Kegiatan IBMF Jadikan Ubud Tujuan Wisata Spritual
Baca juga: Menpar puji kelestarian seni budaya Ubud

Karya Seni

Ubud terkenal akan karya seni seperti seni lukisan, seni patung, seni tabuh juga seni tarinya. Berbagai tarian seperti tarian Legong Ramayana, tarian Kecak, tarian Janger dan tarian Barong, dan lain-lain ini dipentaskan setiap malam sekitar areal Ubud.

Di daerah Ubud, para wisatawan dapat menikmati berbagai karya seni. Banyak toko yang menjual karya seni lukisan yang dapat menghiasi ruangan tamu atau kamar tidur, patung dan kerajinan tangan (handcraft) mulai dari perlengkapan rumah tangga, hiasan di ruang tamu hingga di taman rumah.

“Sayang Pasar Ubud sedang dalam renovasi. Namun para wisatawan tetap dapat membelanjakan uangnya untuk membeli souvenir dan kerajinan tangan di banyak toko di daerah Ubud,” kata Bupati Gianyar I Made Mahayastra.

Letih jalan-jalan saat pagi hingga sore hari di berbagai Kawasan wisata dan kuliner di Ubud, para wisatawan dapat beristirahat sambil menyaksikan berbagai tarian tradisional Bali di Puri Ubud, dan berbagai lokasi di Kawasan Desa Ubud yang banyak menawarkan tontonan tarian tradisional.

Pertemuan di Bali jangan sampai terlewatkan untuk berwisata ke Ubud, Kabupaten Gianyar, karena menyajikan pesona wisata yang dapat menjadi obat bagi jasmani dan rohani.

Baca juga: Menikmati olahraga dan alam di Bukit Campuhan, Ubud
Baca juga: Ubud wakili Indonesia lomba wisata sajian masakan dunia

 

Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022