Mataram (ANTARA News) - Unjuk rasa terkait tragedi berdarah di Pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat, pada 24 Desember 2011, masih berlanjut.

Puluhan mahasiswa dari berbagai elemen kembali mendatangi Kantor Gubernur NTB di Mataram, Kamis, guna menyampaikan berbagai tuntutan terkait tragedi Bima.

Aksi unjuk rasa terkait tragedi Sape, Bima, berlangsung setiap hari sejak 24 Desember lalu.

Kelompok dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Mataram, yang pada Rabu (28/12) berunjuk rasa mempertanyakan sikap Gubernur NTB terkait tragedi berdarah di Pelabuhan Sape, kembali berunjuk rasa pada Kamis (29/12) di depan Kantor Gubernur NTB.

Tampak dalam rombongan pengunjuk rasa PMII Mataram itu, aktivis Persatuan Mahasiswa Kristen Republik Indonesia (PMKRI).

Kelompok mahasiswa lainnya yang berunjuk rasa di depan kantor Gubernur NTB itu yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO dengan jumlah massa lebih dari 30 orang.

Kedua kelompok pengunjuk rasa itu secara bergantian menempati posisi di pintu gerbang kantor Gubernur NTB.

Mereka hendak menerobos masuk ke halaman kantor gubernur namun dihadang oleh kelompok polisi wanita yang membentuk pagar betis.

Mahasiswa enggan menerobos barisan wanita itu sehingga memilih memblokade jalan dengan massa pengunjuk rasa sehingga ruas jalan Pejanggik itu tidak bisa dilewati kendaraan apa pun.

Seperti unjuk rasa sebelumnya, para mahasiswa mengusung tuntutan pencabutan usaha pertambangan (IUP) yang dikantongi PT Sumber Mineral Nusantara (SMN).

Setelah berunjuk rasa lebih dari dua jam namun tidak ada seorang pun pejabat berkompeten di Kantor Gubernur NTB yang menyikapi tuntutan mereka, akhirnya pengunjuk rasa membubarkan diri.
(A058)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011