Belitung (ANTARA) - Semenjak dicanangkan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono pada Maret 2021 sebagai kampung nelayan maju (Kalaju), Desa Suak Gual, di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi objek wisata baru. Produk ecoprint menjadi salah satu nilai jual desa ini yang akan dibawa ke ajang internasional Presidensi G-20.

Menurut Plt. Direktur Perizinan dan Kenelayanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Mochamad Idnillah selain sektor kelautan dan perikanan, Desa Suak Gual memiliki keanekaragaman sumber daya alam tumbuhan yang beragam. Potensi tersebut didorong melalui produk ecoprint dari bebagai tumbuhan lokal.

ANTARA/KKP

“Potensi itu kita manfaatkan dengan memberdayakan wanita nelayan setempat. Mereka mudah dan tidak gagap menerima inovasi sehingga kami coba latih dan berikan bantuan berupa kain serta perlengkapan pendukung untuk mengembangkan ecoprint tersebut,” ujarnya.

Idnillah mengatakan Suak Gual sebagai salah satu kampung nelayan maju karena didukung struktur geografi dan semangat para penduduknya untuk mengikuti setiap pelatihan yang diadakan KKP. Banyaknya daun dan bunga yang hanya ada di Desa Suak Gual sebagai bahan dasar alami juga membuat ecoprint di desa ini menjadi lebih unik dan artistik.

ANTARA/KKP

Seorang wanita nelayan, Ruminah mengatakan pelatihan ecoprint ini sangat membantu para istri nelayan. Tak hanya kreativitas, namun juga dalam perekonomian keluarga sebagai mata pencaharian alternatif (MPA).

“Sejak pelatihan kami banyak mencoba berbagai macam daun, setiap kali jalan sedikit kami jadi sering memperhatikan beberapa daun, dan berpikir sepertinya daun itu bisa dijadikan bahan ecoprint atau cetakannya. Jadi sudah banyak juga kami bereksperimen hingga sekarang,” terang Ruminah.

Ruminah juga mengatakan ibu-ibu di Desa Suak Gual sangat antusias dengan program bantuan yang diberikan oleh KKP. Uniknya, tidak hanya dikerjakan para wanita nelayan, namun juga para nelayan.

“Biasanya kalau saat musim tidak melaut suami kami juga sering ikut membantu membuat kerajinan ecoprint ini. Mereka membantu menggulung dan mengikat kain yang sudah kami tempeli dedaunan agar lebih kencang sehingga corak daunnya akan lebih muncul pada kain tersebut,” imbuhnya.

Adapun beberapa produk yang berhasil dibuat oleh masyarakat Desa Suak Gual berupa tas tangan, goodie bag, selendang, pashmina, tas laptop, pouch, dan topi dengan kualitas yang layak untuk pasar internasional.

Antusiasme dari para penduduk di Desa Suak Gual inilah yang akhirnya membuat KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap mengembangkan potensi tersebut. Hasil pemberdayaan wanita nelayan dalam bentuk ecoprint tersebut direncanakan akan dipamerkan pada rangkaian kegiatan Presidensi Indonesia G-20 pada bulan Oktober hingga November mendatang.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2022