Medan (ANTARA News) - Negara-negara produsen kopi termasuk Indonesia meminta Vietnam membatasi volume ekspor kopi robusta untuk meningkatkan harga jual komoditi itu yang harga jualnya jauh di bawah harga Arabika. Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Sumut yang baru terpilih untuk periode 2006-2011, Suyanto Hussein kepada ANTARA News di Medan, Kamis, mengatakan, sebelum tahun 1997, selisih harga ekspor kopi arabika dan robusta tidak terlalu jauh seperti sekarang ini yakni dua berbanding satu. Suyanto terpilih menggantikan ketua sebelumnya Hassan Widjaja dalam Rapat Umum Anggota AEKI Sumut ke-VII yang digelar di kantor asosiasi itu lewat sistem pemilihan formatur. Menurut dia, terjadinya penurunan harga robusta itu merupakan dampak terjadinya kelebihan pasokan di pasar internasional menyusul tumbuh pesatnya Vietnam sebagai negara produsen kopi khususnya jenis robusta. Sebagai pendatang baru kala itu, kata dia, Vietnam bukan hanya melakukan ekspor jor-joran tapi juga menjalankan praktek banting harga sehingga pembeli nyaris meninggalkan negara produsen robusta lainnya. Untuk sementara, tutur direktur PT.Agrikom Indonusa Abadi itu, praktek dagang yang dilakukan Vietnam itu memang menguntungkan negara tersebut, tapi akhirnya saat ini merugikan mereka termasuk negara produsen robusta lainnya karena melimpahnya barang (kopi) di pasar, harga jual menjadi tertekan. "Negara produsen termasuk Indonesia sudah meminta Vietnam membatasi ekspor robustanya agar harga kopi jenis itu bisa naik terus sehingga tidak mengalami selisih jauh dengan harga arabika," katanya. Awal Maret ini, harga ekspor kopi arabika mencapai 2,9 dolar As per kg, sementara Kopi Robusta hanya 1,3 dolar AS per kg. Apabila harga ekspor robusta naik, ujar Hussein, diharapkan petani kopi di Indonesia khususnya Sumut bergairah lagi mengembangkan jenis kopi itu. Sejak beberapa tahun terakhir, kata dia, petani Sumut cenderung membabat tanaman robustanya dan menggantikannya dengan jenis arabika yang harga jualnya lebih mahal. Padahal, katanya, orientasi penuh ke tanaman kopi jenis arabika itu bisa menimbulkan bahaya juga, dimana harga jual arabika itu akan mengalami penekanan akibat banjirnya pasokan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006