Depok (ANTARA) - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan DoctorSHARE menjalin kerja sama untuk memberikan layanan kesehatan di Rumah Sakit Apung (RSA) Nusa Waluya II, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam dalam keterangannya, Selasa mengatakan di tengah kesibukannya, dokter FKUI–RSCM, baik peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) maupun para konsulen, tetap peduli dan bersedia untuk membantu masyarakat terpencil yang sulit mendapatkan akses kesehatan.

Melalui kegiatan ini, segala sesuatu yang seharusnya diselesaikan di kota besar, kini dapat ditangani di Rumah Sakit Apung. "Kami mendukung yang dilakukan DoctorSHARE dan non-governmental organization lainnya, serta siap bekerja sama dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat," kata Prof. Ari.

Selama dua periode kerja sama ini berjalan, FKUI telah mengirimkan dua dokter dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, dua dokter dari Departemen Ilmu Bedah, satu dokter dari Departemen Anestesi dan Intensive Care, dan lima dokter dari Departemen Ilmu Kesehatan Mata.

Baca juga: FKUI: Selain COVID-19 banyak penyakit harus diwaspadai masyarakat

Baca juga: Dokter Penyakit Tropik-Infeksi UI imbau warga segera lakukan vaksinasi


Di lapangan, dokter-dokter tersebut menangani bermacam penyakit, seperti hipertensi, diabetes, struma (gondok), masalah geriatri (gangguan kesehatan pada orang usia lanjut), osteoarthritis (pengapuran sendi), dan dyspepsia (gangguan pencernaan).

"Kala itu, selama dua minggu mengabdi, kurang lebih 200 pasien tertangani," kata dr. Kresna Adhiatama, dokter PPDS Tingkat 3 Program Studi Ilmu Penyakit Dalam.

Program pengabdian masyarakat ini juga memberikan pelayanan operasi katarak dan operasi penyakit mata lainnya yang sebelumnya sulit diakses masyarakat Wakatobi.

Menurut peserta PPDS Ilmu Kesehatan Mata, dr. Muhammad Dio Syaputra, banyak pasien yang awalnya tidak bisa melihat dan bergantung pada orang sekitar karena ketidaktahuan dan kurangnya fasilitas dan pelayanan kesehatan mata.

Setelah dilakukan operasi katarak, pasien dapat melihat dan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Hal ini secara tidak langsung berdampak terhadap kehidupan sosial dan ekonomi pasien.

Hingga saat ini, sebanyak 104 pasien telah menjalani operasi katarak dan 16 pasien telah menjalani operasi pterygium.

Kegiatan yang dimulai pada 21 Maret 2022 ini rencananya akan berlanjut sesuai kebutuhan RSA. Bentuk kerja sama keduanya berupa pengiriman dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dan Konsulen FKUI ke daerah tersebut untuk memberikan layanan medis bagi masyarakat, seperti diagnosis dan tata laksana dasar, penyuluhan masyarakat, dan berbagi ilmu dengan sejawat di RSA Nusa Waluya II.

Baca juga: Dokter FKUI: Mata lelah bisa diatasi dengan akupresur mandiri
 

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022