Tidak naik, angka stunting secara nasional
Sumatera Barat (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan dalam menyambut Hari Lahir Pancasila, angka kekerdilan pada anak (stunting) tak menunjukkan kenaikan meski masih pandemi COVID-19.
 

“Tidak naik, angka stunting secara nasional (sejak tahun 2021) sudah turun menjadi 24,4 persen,” kata Hasto saat ditemui ANTARA di Kabupaten Sijunjujung, Sumatera Barat pada Selasa.
 

Hasto menuturkan memasuki tahun ketiga pandemi COVID-19, memang terdapat beberapa kabupaten di Indonesia yang angka prevalensi stuntingnya melebihi angka secara nasional.
 

Contohnya seperti Kabupaten Sijunjung yang mencapai 30,1 persen, meskipun bila melihat angka secara provinsi di Sumatera Barat sudah bagus yakni 23,3 persen.

Baca juga: BKKBN gelar layanan metode operasi wanita tarik masyarakat DIY ikut KB

Baca juga: Hari Keluarga Nasional momentum turunkan angka stunting nasional

 

Walaupun demikian, berdasarkan pantauan pihaknya secara nasional jumlah anak yang mengalami stunting tersebut belum mengalami peningkatan kembali.
 

Angka stunting memang tidak bertambah, kata Hasto, namun jumlah anak yang terkena wasting atau anak dengan kondisi tubuh terlalu kurus mengalami peningkatan meskipun dirinya tak menyebutkan berapa jumlahnya.
 

“Selama Covid itu ada istilahnya wasting. Jumlah bayi yang kurus ada peningkatan, tetapi untuk memastikannya menjadi stunting itu butuh waktu. Setelah kurus dalam waktu yang lama baru dia tidak tinggi, kalau COVID-19 lebih selama dua tahun itu ada dampaknya,” ujar dia.
 

Hasto juga menambahkan sebagai upaya mencegah stunting pada anak, masyarakat mampu memahami dua faktor penting terjadinya stunting yakni faktor sensitif atau akibat lingkungan seperti kondisi jamban, ketersediaan air bersih dan kelayakan rumah sehat bagi anak.
 

Sedangkan faktor kedua adalah spesifik atau terkait dengan kesehatan keluarga. Contohnya adalah akibat kurangnya imunisasi pada anak, anak seringkali terkena penyakit dan ibu terkena anemia.


​​​​​​​Hasto meminta guna menciptakan generasi masa depan yang sehat dan berkualitas, konvergensi lintas sektor yang mengerucut perlu terus diperkuat karena hal tersebut merupakan salah satu kunci dalam mengentaskan permasalahan stunting.
 

“Konvergen itu kan harus mengerucut, jadi seperti Kementerian PUPR juga menyasar ke keluarga yang terkena stunting, dikerucutkan ke sana. Kemudian katakanlah ada dinas sosial. Ada PKH, ada bantuan pangan non-tunai itu dikerucutkan dan diarahkan ke keluarga yang berisiko stunting. Ini lintas sektor,” kata dia.

Baca juga: Bupati: Dashat BKKBN mampu berdayakan masyarakat olah gizi seimbang

Baca juga: BKKBN luncurkan Program Bapak Asuh Stunting tingkatkan gizi pada anak

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022