Jakarta (ANTARA) -
Kementerian Kesehatan menyampaikan bahwa dehidrasi dan heat stroke menjadi ancaman jamaah haji di tengah suhu panas ekstrim di Arab Saudi saat pelaksanaan haji 1442H/2022M.
 
"Jangan tunggu haus, ini penting untuk mencegah dehidrasi dan heat stroke karena ini menjadi salah satu faktor penyebab kematian bagi jamaah," ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji, Kemenkes Budi Sylvana dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
 
Ia mengatakan, jamaah ibadah haji tahun ini dihadapkan pada suhu yang cukup ekstrem panas yang bisa mencapai 50 derajat Celcius.

Baca juga: Kemenkes: Jamaah harus tetap disiplin prokes selama ibadah haji
 
Oleh karena itu, lanjut dia, jamaah haji diimbau untuk mengenakan penutup kepala, sunblock, dan rajin minum untuk menghindari dehidrasi.
 
"Seperti tagline kami tahun ini, 'Jangan Tunggu Haus," ucapnya.
 
Budi Sylvana juga meminta agar jamaah haji untuk menghindari kelelahan yang berlebihan. Jamaah haji diminta tetap fokus pada prosesi wajib hajinya.
 
"Silakan melakukan aktivitas lain pada ibadah sunah lainnya, namun fokus dulu kepada prosesi wajib hajinya," tuturnya.
 
Dalam kesempatan itu, Budi Sylvana juga mengatakan bahwa pada tahun ini Kemenkes menugaskan 776 orang petugas kesehatan untuk memastikan kesehatan jamaah haji selama menunaikan ibadah di Tanah Suci.
 
Jumlah petugas kesehatan haji tahun 2022 itu menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 1.832 orang..

"Memang dari sisi kuantiti ada pengurangan jumlah, namun dari sisi jenisnya ada penambahan," paparnya.

Baca juga: Kemenkes sebut 35,81 persen jamaah calon haji berisiko tinggi  
Ia mengemukakan terdapat 12 jenis spesialisasi yang diturunkan Kemenkes dalam pelaksanaan haji tahun 2022, yakni dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis paru, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dokter spesialis saraf.
 
Kemudian, dokter spesialis bedah ortopedi, dokter spesialis bedah umum, dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikiater, dokter spesialis rehab medik, dokter spesialis anestesi, dokter spesialis emergensi medis, dokter spesialis penerbangan, dan dokter spesialis mikrobiologi klinik.
 
"Dokter spesialis mikrobiologi klinik ini untuk mengendalikan pencegahan infeksi selama di Arab Saudi, karena kita tahu haji tahun ini masih dalam situasi pandemi sehingga segala antisipasi harus kita lakukan," tuturnya.

Baca juga: Kemenkes: 95,7 persen calon jamaah haji penuhi syarat ke Tanah Suci
 
 
 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022