Indonesia adalah yang terbesar di kawasan dan banyak potensi yang belum dijajaki dalam hubungan kedua negara kita
Jakarta (ANTARA) - Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) diyakini dapat mendorong Indonesia dan Amerika Serikat untuk menggarap lebih banyak potensi yang terdapat dalam hubungan ekonomi kedua negara, yang selama ini belum terjamah.

Hal tersebut dikatakan oleh seorang pejabat ekonomi Kedutaan Besar Amerika Serikat dalam sebuah pengarahan pers on background yang digelar terbatas di Jakarta, Jumat.

“Ini sangat menggembirakan karena kedua negara relatif merupakan ekonomi-ekonomi besar. Indonesia adalah yang terbesar di kawasan dan banyak potensi yang belum dijajaki dalam hubungan kedua negara kita,” kata pejabat tersebut.

Dia pun mengatakan bahwa IPEF, yang diluncurkan oleh Presiden AS Joe Biden pada 23 Mei lalu membuka kesempatan untuk kedua negara memperdalam hubungan ekonomi dan menjajaki potensi-potensi itu.

Baca juga: Menteri Bahlil siap kawal peningkatan investasi AS di Indonesia

IPEF merupakan kerangka kerja sama ekonomi Indo-Pasifik yang dicetuskan oleh Presiden Biden, yang melibatkan dua belas negara mitra tahap awal pada peluncurannya.

Negara-negara tersebut termasuk Indonesia, Australia, Brunei Darussalam, India, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand, serta Vietnam.

Kerangka itu terfokus pada empat pilar kunci, yang pertama yakni ekonomi yang terhubung. Pilar ini terkait pengaturan ekonomi digital termasuk untuk memastikan bahwa usaha kecil dan menengah dapat turut mengambil manfaat dari sektor e-commerce dan menangani isu-isu kerahasiaan data daring.

Pilar kedua, ekonomi yang tangguh, fokus pada pengupayaan komitmen rantai pasok unggulan yang dapat mengantisipasi dan mencegah disrupsi rantai pasokan dengan lebih baik. Pembangunan sistem peringatan dini, pemetaan rantai pasok mineral yang penting, dan meningkatkan kemudahan penelusuran dalam sektor-sektor kunci menjadi inti objektif dari pilar tersebut.

Adapun dalam pilar ekonomi bersih, AS berjanji untuk mengupayakan komitmen unggulan di bidang energi bersih, dekarbonisasi, serta infrastruktur yang mendorong pekerjaan dengan upah layak.

Pilar ekonomi yang adil fokus pada komitmen untuk menegakkan peraturan pajak yang efektif dan bergerak menuju anti pencucian uang dan anti suap.

Pilar terakhir ini juga mencakup ketentuan-ketentuan tentang informasi pajak, pemidanaan kasus suap sesuai standar Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan implementasi rekomendasi kepemilikan yang menguntungkan yang efektif guna memperkuat upaya pemberantasan korupsi.

“Keempat pilar ini ditujukan untuk menjadi cara-cara baru untuk menjajaki potensi dalam ekonomi kita, untuk masyarakat kita, mulai dari fasilitasi perdagangan, ekonomi digital, hinggan rantai pasok. Hal-hal yang kita lihat sebagai tantangan modern yang dihadapi ekonomi kita,” kata pejabat ekonomi Kedubes AS itu.

Dia menambahkan bahwa IPEF merupakan kerangka fleksibel yang dapat digunakan dalam hubungan bilateral dan juga dengan negara-negara mitra lainnya yang telah bergabung ke dalam kerangka tersebut.

Pejabat tersebut juga mengatakan bahwa pihaknya ingin segera melakukan diskusi dan negosiasi dengan Indonesia dalam waktu dekat terkait implementasi kerangka tersebut.

Baca juga: Biden luncurkan kemitraan ekonomi dengan 12 negara, termasuk Indonesia
Baca juga: Jepang luncurkan rencana ekonomi Indo-Pasifik AS pada kunjungan Biden


Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022