Memperkuat arsitektur kesehatan global dengan membangun peran koordinasi WHO sebagai tentunya lembaga kesehatan global serta juga membangun jaringan kolaborasi adalah sangat penting
Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Presidensi G20 Indonesia Bidang Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan Indonesia mendorong berbagai langkah penguatan arsitektur kesehatan global dengan membangun peran koordinasi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) serta jaringan kolaborasi dalam pertemuan Health Working Group (HWG) ke-2.

"Memperkuat arsitektur kesehatan global dengan membangun peran koordinasi WHO sebagai tentunya lembaga kesehatan global serta juga membangun jaringan kolaborasi adalah sangat penting," katanya dalam konferensi pers Kemenkes yang diikuti virtual di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan terdapat perbedaan yang cukup besar dalam berbagai kapasitas negara dan wilayah untuk mendeteksi dan memantau berbagai potensi patogen yang muncul dalam pengawasan genomik.

Untuk itu penguatan arsitektur kesehatan global dan pembangunan jaringan kolaborasi diperlukan untuk mempersiapkan respons menghadapi berbagai potensi tersebut agar langkah yang diambil dapat lebih efektif.

Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan itu juga menyampaikan harapannya bahwa dalam pertemuan HWG ke-2 pada 6-8 Juni itu dapat memberikan kepastian terkait isu prioritas dana perantara keuangan (financial intermediary fund/FIF).

"Itu merupakan suatu prioritas teknis yang akan tentunya merupakan bagian dari pada penguatan arsitektur kesehatan global dan juga persiapan dalam rangka respons pandemi ke depan," katanya.

Menurut Nadia, langkah itu juga akan memperkuat peranan dari WHO untuk melakukan koordinasi berbagai respons terkait isu kesehatan global.

HWG ke-2 juga diharapkan akan mengidentifikasi berbagai kemungkinan untuk memobilisasi berbagai alat-alat kesehatan, diagnostik, vaksin dan pengobatan serta mekanisme mobilisasi yang berkelanjutan untuk menghadapi potensi di masa depan.

Dalam pertemuan itu diharapkan juga adanya kesepakatan negara-negara G20 untuk terus menggunakan GISAID sebagai platform yang sifatnya berbagi data sebagai bentuk surveilans global.

Diharapkan GISAID digunakan bukan hanya berbagi data mengenai influenza atau SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 tapi juga potensi-potensi virus lain yang dapat menyebabkan pandemi, demikian Siti Nadia Tarmizi.

Baca juga: Kemenkes: HWG G20 sepakat harmonisasi protokol kesehatan global

Baca juga: Di Yogyakarta, pertemuan perdana Health Working Group G20

Baca juga: Kemenkes pastikan Yogyakarta siap jadi tuan rumah pertemuan HWG


 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022