Pasar mencoba menyalurkan responsnya melalui apa yang mungkin atau mungkin tidak dilakukan The Fed
New York (ANTARA) - Tiga indeks saham utama Wall Street lebih rendah pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah laporan pekerjaan AS yang kuat mendukung harapan untuk jeda dalam pengetatan kebijakan agresif Federal Reserve (Fed) yang diperlukan untuk mendinginkan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 348,58 poin atau 1,05 persen, menjadi menetap di 32.899,70 poin. Indeks S&P 500 tergerus 68,28 poin atau 1,63 persen, menjadi berakhir di 4.108,54 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup anjlok 304,17 poin atau 2,47 persen, menjadi 12.012,73 poin.

Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor konsumen non-primer dan teknologi masing-masing tergelincir 2,85 persen dan 2,48 persen, memimpin kerugian. Sementara itu, sektor energi terangkat 1,4 persen, satu-satunya kelompok yang memperoleh keuntungan.

Untuk minggu ini Indeks S&P 500 turun 1,2 persen, sementara Indeks Dow Jones dan Indeks Nasdaq masing-masing kehilangan hampir satu persen, setelah ketiga indeks naik tajam minggu sebelumnya.

Indeks Nasdaq yang sarat teknologi memimpin penurunan, karena saham kelas berat di pasar Apple Inc dan Tesla Inc menjadi penekan terbesar di pasar.

Sebelumnya, laporan Departemen Tenaga Kerja yang diawasi ketat menunjukkan angka penggajian non-pertanian (NFP/Non-Farm Payrolls) naik 390.000 pekerjaan bulan lalu dan upah tumbuh, sementara tingkat pengangguran tetap stabil di 3,6 persen - semua tanda pasar tenaga kerja yang ketat.

Baca juga: Dolar menguat, terkerek pertumbuhan pekerjaan AS lampaui ekspektasi

Para ekonom yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan bahwa angka penggajian non-pertanian akan naik 325.000 pekerjaan. Sementara laporan pekerjaan meyakinkan untuk keadaan ekonomi saat ini, investor berfokus terutama pada pengaruh potensialnya terhadap kebijakan bank sentral.

"Pasar mencoba menyalurkan responsnya melalui apa yang mungkin atau mungkin tidak dilakukan The Fed," kata Kepala Ekonom ADP,  Nela Richardson, yang memperkirakan pasar akan terus jungkir balik sebagai akibat dari ketidakpastian seputar suku bunga dan inflasi.

Kepala Strategi Investasi Citi Personal Wealth Management, Shawn Snyder, melihat laporan yang kuat sebagai pedang bermata dua.

"Ini memberi tahu kita bahwa ekonomi berada dalam kondisi yang cukup baik yang merupakan kabar baik, tetapi jika dilihat dalam konteks apa artinya bagi Federal Reserve dan pengetatan kebijakan moneter, hal itu kemungkinan membuat mereka lebih percaya diri bahwa mereka dapat terus melakukan pengetatan," katanya.

"Itu muncul sebagai sedikit negatif bagi investor karena mereka berharap The Fed akan berhenti akhir tahun ini."

Pasar uang sepenuhnya memperkirakan kenaikan suku bunga 50 basis poin oleh Fed pada Juni dan Juli.

Baca juga: Saham global naik dan dolar stabil, jelang laporan pekerjaan AS

Sementara kenaikan pendapatan per jam pada laporan Mei yang lebih lambat dari perkiraan tampak seperti kabar baik untuk inflasi, Snyder menyebutkan kenaikan harga minyak sebagai faktor penyeimbang.

Volatilitas telah mencengkeram Wall Street dalam beberapa pekan terakhir karena investor memperdebatkan apakah pasar telah mencapai titik terendah dengan latar belakang beberapa komentar hawkish dari pejabat Fed dan data yang menunjukkan bahwa inflasi mungkin telah mencapai puncaknya.

"Untuk saat ini, ekonomi terlihat baik-baik saja. Dan pasar tenaga kerja sebagai sinyal ekonomi riil di Main Street terlihat sangat solid," kata Richardson dari ADP, seraya menambahkan bahwa dia melihat inflasi sebagai "ancaman terhadap pandangan itu" bahkan jika inflasi itu mungkin telah mencapai puncaknya.

"Puncaknya kurang relevan dibandingkan dengan daya tahan inflasi dan tingkat kenaikan," katanya. "Itulah mengapa upah dalam laporan ini sangat material. Sementara pertumbuhan upah mungkin tidak mendorong inflasi melewati puncaknya, itu bisa memainkan peran kuat dalam menjaga inflasi di sekitar level yang lebih tinggi ini lebih lama dari yang diinginkan atau diantisipasi siapa pun."

Pembuat iPhone Apple berakhir anjlok 3,9 persen setelah prospek broker bearish dan laporan bahwa negara-negara Uni Eropa dan anggota parlemen minggu depan akan menyetujui port pengisian umum untuk perangkat seluler dan headphone - sebuah proposal yang dikritik Apple.

Saham Tesla terperosok 9,2 persen setelah CEO Elon Musk, dalam surel kepada eksekutif yang dilihat oleh Reuters, mengatakan dia memiliki "perasaan yang sangat buruk" tentang ekonomi dan perlu memangkas sekitar 10 persen pekerjaan di pembuat mobil listrik itu.

Baca juga: Harga emas jatuh 21,2 dolar, tertekan dolar dan yield obligasi AS
Baca juga: Harga minyak naik, ditopang ekspektasi OPEC+ naikkan produksi


 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022