Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan pemasangan alat kontrasepsi IUD tidak memberikan dampak buruk pada kesehatan ibu dan kelahiran bayi.

“IUD itu istimewa, karena IUD ada dari tembaga, tapi juga yang free dan tidak mengandung hormon. Jadi entah orang itu punya tubuh yang kurus atau gemuk, ada jerawat, ada flek, itu tidak akan terpengaruh oleh IUD,” kata Hasto dalam Webinar “Stunting di Indonesia dan Bagaimana Peran Bidan untuk Pencegahannya?” yang diikuti di Jakarta, Sabtu.

Hasto menuturkan IUD yang dapat bergerak ke daerah organ tubuh lain ataupun terbawa ke dalam tubuh bayi yang ibu lahirkan merupakan sebuah mitos yang tidak mendasar dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Padahal, menurut dia, IUD merupakan salah satu alat kontrasepsi yang memberikan keamanan karena mampu mencegah terjadinya kehamilan dan memberikan jarak antarkelahiran. Pada masa kini, terdapat IUD yang diciptakan dengan tidak mengandung hormon, sehingga lebih aman untuk digunakan, baik untuk ibu yang bertubuh kurus atau gemuk dan lain sebagainya.

Nantinya, kata Hasto, IUD akan diletakkan di dalam rahim itu. Setelahnya, IUD tidak akan bergerak atau mempengaruhi tempat lain di dalam tubuh ibu. Sebab, IUD berbeda dengan alat kontrasepsi berupa susuk, pil ataupun suntikan yang mengandung hormon dan bisa beredar ke seluruh tubuh.

Hasto menambahkan IUD juga tidak memberikan efek berbahaya kepada ibu yang memiliki potensi darah tinggi ataupun tumor payudara.

“Jadi kalau ada yang bilang gagal hamil atau ada yang menempel di pipi atau di kepala bayi itu tidak benar. Kan bayi di dalam rahim ada di selaput ketuban atau yang namanya amnion itu,” kata dia.

Selain IUD, ujar Hasto, alat kontrasepsi lainnya yang sudah tersedia di Indonesia, di antaranya adalah progestogen only pill (POP) yang aman digunakan langsung oleh ibu setelah melahirkan, susuk satu batang ataupun dua batang dan implan.

Oleh sebab itulah, guna mencegah mitos dan hoaks beredar semakin parah di masyarakat, Hasto meminta agar para bidan yang tergabung ke dalam Tim Pendamping Keluarga (TPK) dapat mengedukasi keluarga tentang amannya mengikuti program Keluarga Berencana (KB).

Para bidan dapat mengedukasi masyarakat dengan mulai memperkenalkan fungsi alat kontrasepsi, manfaatnya untuk mencegah terjadinya kekerdilan pada anak (stunting) serta menekankan segudang keunggulan dari alat, seperti IUD itu.

Tentunya para bidan, kata Hasto, harus melakukannya dengan bahasa yang mudah dipahami dan mampu menempatkan diri setara dengan keluarga yang mengajukan konsultasi supaya proses komunikasi bisa terjalin dengan baik, termasuk menjelaskan terkait metode vasektomi dan tubektomi.

“Pesan saya kepada ibu bidan, mohon selalu ingatlah etos, logos dan patos. Selalu menjiwai orang konseling dengan etika dan logika, tapi jangan lupa empati dan membayangkan bahwa saya adalah dia, itu adalah saran dari Aristoteles, ribuan tahun yang lalu,” ucap Hasto.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022