Jakarta (ANTARA) - Karakteristik rumah di Indonesia menjadi modal penting untuk mengembangkan pertanian keluarga dengan memanfaatkan pekarangan di rumah masing-masing. 

Sebagian besar rumah di perdesaan masih menyisakan pekarangan yang bisa menjadi lahan untuk lumbung pangan bagi keluarga. Begitu juga permukiman di perkotaan. Kendati rata-rata hanya memiliki ruang terbuka yang terbatas, dengan kesuburan tanah, iklim yang mendukung, dan curah hujan yang cukup, perkarangan rumah yang tersisa tersebut tetap memiliki potensi sebagai lahan untuk memproduksi pangan keluarga.

Ajakan pemerintah kepada keluarga untuk memanfaatkan sisa lahan di rumah beberapa tahun lalu sudah membuahkan hasil. Beberapa tahun terakhir ini makin banyak rumah tangga yang memanfaatkan pekarangan atau sisa lahan terbuka yang terbatas itu untuk memenuhi kebutuhan pangan domestik. Pekarangan kini menjadi salah satu sumber pangan keluarga. Usaha ini setidaknya bisa mengurangi ketergantungan rumah tangga dari pasokan pasar, yang harganya sering fluktuatif.

Mengingat pentingnya memanfaatkan pekarangan permukiman tersebut, Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) Indonesia pada pertengahan Mei 2022 mengeluarkan taklimat terkait dengan mobilisasi nasional gerakan petani keluarga.  Program tersebut dinilai penting di tengah ancaman krisis pangan global, yang antara lain, dipicu oleh perubahan iklim dan gagal panen.

Dalam skala terbatas, implementasi pertanian keluarga di Indonesia sudah dimulai. Sekitar 100 pegiat petani keluarga yang berasal dari berbagai organisasi petani dan instansi pemerintah di seluruh Indonesia berkumpul pada 17 Mei 2022  di Jakarta untuk membahas pertanian keluarga sebagai salah satu prioritas program nasional.
 
Di tingkat pembuat kebijakan, Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Bappenas, Badan Pangan Nasional (Bapangnas), dan pemangku kepentingan terkait lain berdiskusi dengan perwakilan organisasi petani dan FAO tentang bagaimana melangkah maju untuk menyelesaikan rancangan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pertanian Keluarga, dan kegiatan-kegiatan yang bersifat strategis.

Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste menegaskan kebijakan yang efektif akan memperkuat pertanian keluarga untuk menghadapi tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan saat ini.
 
Karena itu sangat penting untuk membangun dan memperkuat kebijakan, investasi, dan kerangka kelembagaan yang mendukung pertanian keluarga di tingkat nasional,
regional, lokal, dan domestik.

Untuk mewujudkannya, program pertanian keluarga harus dilaksanakan secara terpadu dengan tata kelola yang inklusif dan efektif berdasarkan data yang relevan secara geografis dan tepat waktu.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian telah mengambil inisiatif untuk mengimplementasikan pertanian keluarga melalui program "Pekarangan untuk Pangan Berkelanjutan". Ini sebagai salah satu program inisiatif unggulan dalam pertanian keluarga di Indonesia.

Berbagai pertemuan terkait pangan keluarga tersebut sebagai upaya menggerakkan sebuah konsensus lintas pihak untuk menjadikan pertanian keluarga sebagai sebuah prioritas nasional yang didukung oleh berbagai kementerian dan organisasi petani.
Sejumlah anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Angin Mamiri merawat berbagai jenis sayuran di pekarangan pangan lestari dan rumah bibit di Aspol Todopuli Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (7/4/2021). Pekarangan pangan lestari dan rumah bibit yang dibangun oleh Pengurus Daerah Bhayangkari Sulsel tersebut untuk mendukung ketahanan pangan di tengah pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Arnas Padda/yu/hp. 


Skala kecil

Bagi Indonesia, sektor pertanian sangat penting bagi perekonomian Indonesia karena sektor ini menyumbang 14 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB).

Sekitar 93 persen petani Indonesia adalah pertanian keluarga skala kecil, yang bercocok tanam di lahan sederhana dengan luas rata-rata 0,6 hektare (ha).

Petani di Indonesia merupakan bagian penting dari petani Asia Pasifik, yang 70 persennya merupakan pertanian keluarga. Pertanian keluarga menghasilkan 80 persen pangan di kawasan.

Majelis Umum PBB mencanangkan Dekade Pertanian Keluarga PBB 2019-2028 (UNDFF) sejak tahun 2017 sebagai kerangka kerja bagi negara-negara untuk mengembangkan kebijakan publik dan investasi untuk mendukung pertanian keluarga.

Dekade Pertanian Keluarga merupakan kesempatan baik untuk berkontribusi dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan cara yang inklusif, kolaboratif, dan koheren.

Kementerian Pertanian sebelumnya sudah menekankan pentingnya lahan pekarangan sebagai program inisiatif unggulan dalam pertanian keluarga di Indonesia.

Bagi Pemerintah Indonesia, upaya meningkatkan pemanfaatan pekarangan rumah sebagai sumber pangan keluarga bisa dijalankan melalui kegiatan Pekarangan Pangan
Lestari (P2L), yang merupakan salah satu strategi dalam menjaga ketahanan pangan, terutama pada masa pandemi COVID-19 maupun dalam menghadapi musim kemarau.

Dalam kondisi pandemi COVID-19, sektor pertanian, termasuk pertanian keluarga, menjadi jawaban untuk bisa survive. Tidak perlu lahan luas karena bisa manfaatkan lahan di pekarangan masing-masing rumah. Jadi di pekarangan ini semua orang bisa bertani.

Karena itu, Pemerintah Pusat  minta kepada seluruh pejabat pemerintah daerah, dari gubernur hingga kepala desa desa, mendorong pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga.

P2L ini memang sangat penting sehingga sudah seharusnya para kepala daerah mendorong pemanfaatan pekarangan di setiap rumah sebagai sumber pangan keluarga karena ketahanan pangan nasional dimulai dari ketahanan pangan keluarga.

Kegiatan P2L juga perlu terus ditingkatkan sebagai upaya pemenuhan pangan di tingkat keluarga. P2L tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga, tetapi produksi pangan dari pekarangan bisa menambah pendapatan keluarga.

Program pekarangan pangan lestari ini sangat bagus sehingga harus ditingkatkan produktivitasnya agar tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, tapi juga menjadi sumber pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Apresiasi dunia

Ketika diluncurkan  Dekade Global dan Rencana Aksi Pertanian Keluarga PBB 2019-2028 di Kantor Pusat FAO, Roma, Italia, Rabu (29/5), Kementerian Pertanian menanggapi dengan menyebutkan bahwa kebijakan dan program pertanian Indonesia mendukung pertanian keluarga guna memperkuat basis ketahanan pangan masyarakat. Kesungguhan Pemerintah Indonesia ini mendapat apresiasi dunia.

Delegasi forum yang terdiri atas ratusan perwakilan negara anggota FAO, International Fund for Agricultural Development (IFAD), asosiasi petani, dan lembaga
internasional tersebut mengapresiasi kebijakan serta hasil pertanian keluarga yang dijalankan di Indonesia.

Oleh karena itu Direktur Jenderal FAO, Jose Graziano da Silva, menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Indonesia sebagai salah satu dari 24 negara anggota Internasional Steering Committee yang secara aktif mendukung pelaksanaan Dekade Pertanian Keluarga ini.

Pada forum itu, Kementan menunjukkan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang dikembangkan oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP) sejak tahun
2010 sampai dengan tahun 2019. Sejak tahun 2020, Pemerintah Indonesia memperluas penerima manfaat dan pemanfaatan lahan. Di kemudian hari, kegiatan KRPL berubah menjadi Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dan berbagai rancangan strategis mendorong peran generasi muda dalam sektor pertanian, menjadi tiga program
utama dalam mendorong peran pertanian keluarga mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di Indonesia.

P2L merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat yang secara bersama-sama mengusahakan lahan pekarangan sebagai sumber pangan secara berkelanjutan untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas dan pemanfaatan, serta pendapatan.

Kegiatan P2L dilaksanakan guna mendukung program pemerintah untuk penanganan rawan pangan prioritas intervensi stunting dan penanganan prioritas daerah rentan rawan pangan serta pemantapan daerah tahan pangan.

Tujuan kegiatan P2L adalah untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, dan pemanfaatan pangan untuk rumah tangga sesuai dengan kebutuhan pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman, serta meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui penyediaan pangan yang berorientasi pasar.

Kegiatan P2L dilakukan melalui pendekatan pengembangan pertanian berkelanjutan, (sustainable agriculture), pemanfaatan sumberdaya lokal (local wisdom), pemberdayaan masyarakat (community engagement), dan berorientasi pemasaran (go to market).

Apresiasi dunia atas pemanfaatan lahan pekarangan bagi gerakan pertanian keluarga membuktikan bahwa pertanian adalah salah satu solusi atas berbagi ancaman krisis.

Baca juga: Ratusan mahasiswa-alumni Unhas ikuti Program P2L Kementan
Baca juga: Mendagri dorong warga bercocok tanam depan pekarangan rumah

Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022