Palu (ANTARA) -
Pemerintah Sulawesi Tengah mendorong petani di provinsi itu memproduksi pupuk organik sebagai salah sarana alternatif pertanian guna menekan ketergantungan penggunaan bahan kimia.
 
"Saat ini terjadi pergolakan harga sejumlah jenis sarana produksi pertanian seperti pupuk dan pestisida," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulteng Nelson Metubun di Palu, Senin.
 
Ia menjelaskan, saat ini sebagian besar petani bergantung pada pupuk berbahan kimia dalam meningkatkan produksi pertanian, padahal ada alternatif lain yang lebih hemat berbahan dasar alami.
 
Oleh karena itu, guna mengantisipasi pergolakan harga pupuk akibat kondisi global, maka petani diharapkan mampu menciptakan inovasi penggunaan bahan organik atau pun hayati sebagai pupuk dan pestisida alternatif yang dapat diproduksi sendiri.
 
"Tingkat keswadayaan perlu dalam menciptakan inovasi. Bahan organik banyak di sekitar petani, hanya saja pengetahuan pengolahannya masih minim. Kami berharap pemerintah dan petani dapat berkolaborasi menciptakan pupuk kompos yang dapat digunakan untuk multi tanaman," ujar Nelson.

 
Ilustrasi- Petani memanen tanaman jagungnya di Desa Kaleke, Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (16/12/2021). ANTATA/Basri Marzuki

Data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulteng mencatat, alokasi sejumlah pupuk bersubsidi tahun 2022 untuk petani di provinsi ini jenis Urea 35.456 kilogram, SP-36 1.720 kilogram, ZA 2.138 kilogram.

Lalu, NPK 28.554 kilogram, NPK Formula Khusus 1.887 kilogram dan pupuk organik Granul 5.507 kilogram serta pupuk organik cair 19.909 liter.

"Meskipun pemerintah mengalokasikan pupuk bersubsidi, namun petani juga perlu memproduksi pupuk organik lainnya, selain dapat digunakan sendiri, juga dapat di jual guna menambah perekonomian petani," tutur Nelson.

Ia menambahkan, Sulteng saat ini telah ditetapkan menjadi salah satu daerah kawasan strategis nasional yang juga mencakup sektor pertanian.

Yang mana, provinsi tersebut juga berupaya menjadi daerah penyuplai bahan pangan di ibu kota negara (IKN) di Kalimantan Timur.

"Sulteng memiliki luas lahan sawah kurang lebih 140.100 hektare yang diupayakan secara merata dapat mengadopsi IP400 dalam rangka upaya pemerintah meningkatkan produksi sub sektor tanaman pangan," demikian Nelson.

Baca juga: Guru Besar IPB ungkap 72 persen tanah pertanian di Indonesia "sakit"
Baca juga: Kementan dorong petani tingkatkan penggunaan pupuk organik
Baca juga: Kementan kembangkan pupuk organik tingkatkan produktivitas pertanian

 

Pewarta: Mohamad Ridwan
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022