Ketika founder dan maskot utamanya Nadiem Makarim jadi Menteri Pendidikan, kinerja Gojek tetap kuat...
Jakarta (ANTARA) - Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan menilai keputusan Kevin Aluwi selaku Chief Executive Officer (CEO) Gojek untuk berpindah peran menjadi komisaris di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dinilai tidak akan berdampak besar terhadap masa depan perusahaan teknologi terbesar di Indonesia itu.

Selain masih menjadi bagian dari GOTO, sebagai organisasi bisnis kini Gojek dinilai sudah semakin matang, sehingga tidak tergantung pada salah satu personil pimpinannya.

"Ketika founder dan maskot utamanya Nadiem Makarim jadi Menteri Pendidikan, kinerja Gojek tetap kuat. Bahkan mereka berhasil melalui krisis multidimensi akibat pandemi COVID-19 dengan IPO di bursa saham sebagai emiten berkapitalisasi terbesar. Pergantian manajemen Gojek tidak akan mengganggu bisnis mereka," ujar Marolop dalam keterangan di Jakarta, Selasa.

Dalam kapasitasnya sebagai dewan komisaris GOTO, Kevin Aluwi masih akan fokus untuk mendorong percepatan ekosistem kendaraan listrik, Electrum. Hal itu sejalan dengan komitmen Gojek untuk ikut mewujudkan transisi menuju nol emisi pada 2030. Sebagai co-founder dan pemegang saham multiple voting shares (MVS), Kevin memiliki waktu hingga dua tahun ke depan jika ingin melepas sahamnya di GOTO.

"GOTO merupakan satu ekosistem bisnis yang sudah memiliki brand dan kepercayaan kuat di masyarakat Indonesia. Selama layanan dan produk-produk GOTO dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan memberikan manfaat yang optimal, selama itu juga bisnisnya akan terus tumbuh. Dan itu yang sudah terjadi sejak Gojek muncul selama lebih dari satu dekade ini," ujar Marolop.

Ia mencontohkan sejumlah perusahaan teknologi dunia yang juga sering berganti dan ditinggal beberapa co-foundernya. Seperti Facebook, Twitter, Instragram dan banyak perusahaan teknologi lainnya.

"Perusahaan kelas dunia selalu membangun sistem, sehingga tidak tergantung pada figur tertentu," kata Marolop.

Kevin sendiri sangat optimistis dengan masa depan Gojek. Sejak terbentuknya GOTO dan kini menjadi bagian dari perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan berhasil mencetak kinerja yang menggembirakan dengan peningkatan pendapatan kotor sebesar 58 persen pada kuartal I 2022, sejalan dengan pemulihan di bisnis mobilitas.

"Kami telah berinvestasi signifikan dalam membangun tim manajemen yang tangguh dengan berbagai latar belakang dan pengalaman, serta membangun nilai-nilai perusahaan dengan etos kerja tinggi. Saya sangat optimis bahwa tim manajemen Gojek, di bawah kepemimpinan Andre yang solid, akan terus menjalankan strategi untuk memperkuat layanan on-demand yang telah menjadikan Gojek bagian penting dari Grup GOTO," ujar Kevin Aluwi.

Andre Soelistyo, Co-Founder dan Direktur Utama GOTO akan menggantikan Kevin sebagai CEO Gojek. Sebelumnya, Andre bersama Kevin juga pernah menjadi co-CEO Gojek setelah Nadiem diangkat menjadi Menteri Pendidikan. Kemampuan Andre terbukti sukses membuat GOTO semakin besar dan menjadi bagian penting dari perekonomian Indonesia.

Selama 2021, total Gross Transaction Value (GTV) GOTO mencapai Rp461,6 triliun, naik 40 persen daripada 2020 sebesar Rp330,18 triliun. Angka GTV GOTO itu setara dengan 2,72 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2021 sebesar Rp16.970,8 triliun sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS).

Sejalan dengan pemulihan ekonomi pasca pandemi, bisnis on demand (Gojek), sebagai salah satu pilar GOTO selain e-commerce melalui Tokopedia dan GOTO Financial dengan Gopay, terus menujukkan peningkatan bisnis. Pada kuartal pertama 2022, bisnis transportasi Gojek tumbuh 73 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca juga: Grup GoTo perluas komitmen berkelanjutan untuk ekosistemnya

Baca juga: Gojek: kendaraan listrik lebih efisien

Baca juga: GoSend kerja sama dengan PMI untuk pengiriman transfusi darah

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022