Surabaya (ANTARA News) - Rumah Sakit Umum dr Soetomo Surabaya sukses melakukan operasi jantung bocor bawaan dengan metode tanpa menghentikan denyut jantung.

"Syukurlah sekarang kami sudah bisa melakukan metode ini. Ke depan semoga lebih baik dan tim akan bekerja semaksimal mungkin," ujar Koordinator Bedah Jantung RSU dr Soetomo, Prof dr Paul Tahalele SpB-TKV kepada wartawan di Surabaya, Kamis.

Sejak Desember 2011, pihaknya sudah melakukan tiga kali operasi terhadap pasien anak yang menderita jantung bocor bawaan. Mereka yakni Cantika Arumi Cahyaningrum (11) dan Azzahra Maulia (10) asal Surabaya, serta Dimas Wildan Multazam (5) dari Gresik.

Ia mengatakan, risiko metode semacam ini jauh lebih sedikit dibandingkan menggunakan mesin jantung-paru. Risikonya terjadi kerusakan sel-sel jantung lebih kecil karena fungsi jantung tidak diambil alih mesin yang memang berisiko menimbulkan kerusakan sel.

"Risiko kematian, terserang stroke, mengalami infeksi serta gagal ginjal juga lebih kecil. Pasien juga tidak perlu terlalu lama menggunakan respirator atau alat bantu pernafasan," tutur Paul.

Ia juga mengungkapkan, biaya operasi jauh lebih murah dibanding jika harus menggunakan mesin jantung-paru atau sekitar tiga kali lebih sedikit dibanding operasi jantung dengan mesin yang biayanya mencapai Rp30 juta.

"Jadi pasien tidak perlu ke luar negeri untuk menjalani operasi jantung. Di samping biayanya lebih murah, Indonesia juga memiliki sumber daya manusia yang mampu melakukannya," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga di bidang bedah toraks kardiovaskuler tersebut.

Dalam metode ini, jantung tetap berfungsi seperti biasa. Namun suhu tubuh harus diturunkan dari 36 derajat Celcius menjadi 32 derajat Celcius. Hanya saja, pendarahan yang terjadi biasanya lebih besar dibanding jika menggunakan mesin.

Sementara itu, ketiga pasien berhasil dioperasi menggunakan metode ini mengalami kelainan jantung bawaan sejak lahir. Cantika dan Zahra mengalami jantung bocor, sedangkan Dimas menderita jantung biru.

Salah satu pasien, Cantika, kerap mengeluh sering kelelahan dan menderita batuk pilek sebelum operasi. Ia diketahui menderita penyakit jantung ketika sudah berusia 11 tahun dengan lebar sekat serambi jantung bocor sekitar dua centimeter.

"Sekarang sudah enak dan tidak cepat lelah. Terima kasih semua karena sudah membantu," ucap Cantika yang didampingi ibunya, Kuntari ketika ditemui di RSU dr Soetomo.
(T.KR-DYT/Z003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012