New York (ANTARA) - Harga minyak naik sekitar satu persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dengan minyak mentah AS menetap di level tertinggi 13 minggu di tengah kekhawatiran pasokan, termasuk tidak adanya kesepakatan nuklir dengan Iran, dan prospek pertumbuhan permintaan di China, yang melonggarkan penguncian untuk mengendalikan pandemi.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus terangkat 1,06 dolar atau 0,9 persen, menjadi menetap di 120,57 dolar AS per barel, tertinggi sejak 31 Mei.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 91 sen atau 0,8 persen, menjadi ditutup di 119,41 dolar AS, penyelesaian tertinggi sejak 8 Maret yang menyamai penyelesaian tertinggi pada Agustus 2008.

Ke depan, para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan persediaan minyak mentah AS turun pekan lalu. Penurunan stok minyak mentah lebih lanjut dapat mendukung harga.

American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, akan mengeluarkan laporan persediaannya pada Selasa pukul 20.30 GMT. Badan Informasi Energi AS (EIA) akan melaporkan persediaan minyak AS pada Rabu pukul 14.30 GMT.

Robert Yawger, direktur eksekutif energi berjangka di Mizuho, ​​mengatakan "beberapa angka" dalam laporan EIA "dalam jarak mencolok dari posisi terendah historis," termasuk kemungkinan penyimpanan minyak mentah untuk negara itu, penyimpanan minyak mentah di Cushing, Oklahoma dan penyimpanan minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve (Cadangan Minyak Strategis).

Amerika Serikat mengatakan tuntutan Iran tentang pencabutan sanksi mencegah kemajuan dalam kebangkitan kembali kesepakatan nuklir 2015. Para analis mengatakan kesepakatan bisa menambah 1 juta barel per hari pasokan minyak dunia.

EIA AS memproyeksikan produksi minyak mentah AS dan permintaan minyak akan meningkat pada 2022. Harga juga mendapat dukungan dari ekspektasi permintaan akan pulih di China, di mana ibu kota Beijing dan pusat komersial Shanghai telah kembali normal setelah dua bulan dikunci.

Juga, para analis meragukan pasokan minyak global akan meningkat pesat menyusul keputusan OPEC+ minggu lalu untuk memajukan peningkatan produksi.

Peningkatan kuota dari OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutu termasuk Rusia, lebih rendah dari kehilangan minyak mentah Rusia akibat sanksi Barat, kata para analis, menambahkan bahwa itu juga gagal mengatasi kekurangan produk minyak.

CEO Trafigura mengatakan harga minyak bisa segera mencapai 150 dolar AS per barel dan naik lebih tinggi tahun ini, dengan kehancuran permintaan kemungkinan pada akhir tahun.

Goldman Sachs meningkatkan perkiraan harga minyak Brent sebesar 10 dolar AS menjadi 135 dolar AS per barel untuk periode antara paruh kedua 2022 dan paruh pertama tahun depan, dengan alasan defisit pasokan struktural yang belum terselesaikan.

Dalam masalah pasokan lainnya, ladang minyak Sharara di Libya dihentikan lagi pada Senin (6/6/2022) malam dan di Norwegia lebih dari satu dari 10 pekerja minyak dan gas lepas pantai merencanakan aksi mogok mulai Minggu (12/6/2022) jika mediasi upah yang ditengahi negara gagal.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022