Jangan sampai kesempatan emas saat ini, bonus demografi, gagal
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menekankan tiga kunci utama bagi Indonesia untuk bisa benar-benar berhasil memetik bonus demografi yang sehat dan sejahtera di masa depan.
 

“Stunting merupakan ancaman yang serius terhadap bonus demografi yang saat ini dirasakan Indonesia. Jangan sampai kesempatan emas saat ini, bonus demografi, gagal dimanfaatkan dengan baik,” kata Hasto dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.
 

Hasto menuturkan bonus demografi merupakan kondisi suatu populasi di suatu negara jauh lebih banyak yang produktif dibandingkan dengan penduduk tidak produktifnya. Kondisi tersebut sangat berdampak pada peningkatan kesejahteraan negara.

Kedua, penggunaan alat kontrasepsi setelah ibu melahirkan sangat berperan besar dalam menghasilkan anak-anak yang sehat. Lewat alat kontrasepsi, keluarga dapat merencanakan jarak kelahiran yang baik pada anak.
 

"Stunting ini murni karena salah urus, karena sub optimal nutrisinya, sub optimal health di 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) nya dan mungkin juga asuhannya tidak baik. Sehingga kalau ada yang secara genetik itu memang pendek itu tidak kita masukkan (stunting),” kata dia.
 

Kunci ketiga yang dirinya ungkapkan adalah terkait pengetahuan kesehatan reproduksi. Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga dapat menciptakan pola pikir yang berbeda, sehingga anak tidak menikah pada usia muda, tidak putus sekolah, tidak hamil pada usia yang muda dan hamil berulang kali.
 

Pengetahuan reproduksi dapat membantu mentransformasikan bonus demografi yang produktif menjadi bonus kesejahteraan yakni pendapatan per kapita meningkat, menekan angka kematian ibu dan bayi serta mengurangi pengangguran.
 

Dengan berfokus pada tiga kunci itu, negara dapat memetik bonus demografi yang produktif, sehat, dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan di saat negara mulai berjalan menuju penuaan populasi (ageing population) sekaligus mencegah terjadinya miss demographic dividend atau kondisi jumlah penduduk lansia bertambah namun tidak produktif, sakit-sakitan dan relatif miskin.
 

BKKBN sendiri sedang menjalankan amanat dari Presiden RI Joko Widodo yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 sebagai ketua percepatan penurunan stunting secara nasional.
 

"Oleh karena itu kita sebetulnya menghindari jangan sampai kita ini growing old before growing rich. Jadi kalau populasi ini bergeser menjadi orang tua tapi miskin ini bahaya sekali dan ini kalau kita tidak antisipasi mulai sekarang maka mau tidak mau bonus demografi ini akan berhenti kemudian akan digantikan oleh ageing population,” ucap dia.
 

Rektor Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara Muh. Zamrun Firihu mengapresiasi setiap program yang dibuat BKKBN dan menyatakan siap untuk bekerja sama membangun bangsa berkualitas unggul.
 

"Saya berharap setiap mahasiswa bisa menjadi agen yang dapat menyebarluaskan tentang bahaya stunting kepada masyarakat dengan memanfaatkan teknologi informasi," ucapnya.

Baca juga: BKKBN beri edukasi stunting kepada remaja lewat aplikasi Elsimil

Baca juga: BKKBN bentuk rumah data kependudukan percepat penurunan stunting

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022