Jakarta (ANTARA) - Vice President Infrastructure and General Affairs Formula E Jakarta Irawan Sucahyono berharap kebeardaan Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC) di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara bisa menjadi gerbang untuk mengembalikan Indonesia pada kejuaraan balapan dunia.

"Tentunya (JIEC) ini positif sebagai salah satu sarana olah raga balap yang ada di DKI Jakarta, yang selama ini enggak ada. Ini sesuatu awal dari kembalinya Indonesia dalam kejuaraan balapan dunia dan menjadi suatu pelecut agar bisa mencapai posisi yang paling tinggi," kata Irawan ditemui di Kantor Jakpro, Thamrin City, Jakarta Pusat, Kamis.

Baca juga: Bos Formula E salut JIEC Ancol selesai cepat tanpa pengaruhi kualitas

Desainer JIEC Ancol itu meyakini banyak pihak yang ingin sirkuit tersebut digunakan secara permanen. Terlebih setelah bos Formula E Alberto Longo memuji penyelenggaraan Formula E Jakarta sebagai balapan yang terbaik sepanjang sejarah Formula E.

"Jadi pujian Alberto adalah suatu penghargaan yang sangat-sangat baik sekali untuk kita, dan tentu harapannya pujian ini bisa memandu kita untuk bekerja lebih baik lagi, mempertahankan kemampuan kita untuk tetap menjadi yang terbaik di dunia," tutur Irawan.

Tidak hanya memuji, Alberto juga menyebut Jakarta pantas menjadi double header atau tempat menggelar dua balapan Formula E sekaligus dalam satu musim. Karena melihat antusias masyarakat Indonesia terhadap dunia otomotif di JIEC Ancol.

"Kalau sepemahaman saya tadi, Alberto melihat bahwa Indonesia sangat perlu diadakan double header. Karena double header itu sebetulnya dua balapan yang digabung dalam satu penyelenggaraan (event) ya, misal hari Sabtu dan Minggu," ucap Irawan yang juga hadir saat video konferensi dengan Alberto Longo.

Irawan mengatakan pernyataan Alberto itu berdampak sangat positif bagi perkembangan di Jakarta. Tidak berdampak kepada dunia balapan otomotif saja, tapi juga dampak kepada ekonomi dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Menurut Irawan, apabila rencana memperpanjang penyelenggaraan Formula E di Jakarta terealisasi, itu akan berdampak sangat besar kepada warga Jakarta, karena ada balapan yang diperpanjang, hiburan pun semakin panjang waktunya, dan para pelaku UMKM akan mendapatkan kesempatan lebih lama untuk berbisnis. Karena itu, Irawan mengatakan sangat wajar apabila banyak pihak ingin mempertahankan JIEC Ancol sebagai permanen.

"Ya wajar lah, harus mempertahankan karena ini suatu aset yang luar biasa dan merupakan satu-satunya aset di Indonesia yang sekarang sudah homologasi FIA. Dengan adanya homologasi FIA ini, banyak pagelaran internasional maupun nasional yang bisa dilakukan di sirkuit. Ini harus kami pikirkan, mulai diidentifikasi pagelaran-pagelaran apa saja yang bisa dilakukan di sini. Tentunya kami akan mulai memikirkan lah, untuk pagelaran-pagelaran ini. Dan pagelaran-pagelaran ini tentunya berguna bagi masyarakat, berguna bagi DKI, dan Indonesia," ungkap Irawan.

Irawan mengungkapkan pihaknya memang mendesain sirkuit internasional Formula E Jakarta dengan beragam pertimbangan. Dari mulai lokasi yang tidak betul-betul di tengah kota, hingga kemungkinan mengubah trek menjadi aman untuk balapan sepeda motor.

Baca juga: Bos Formula E: JIEC Ancol tak perlu berubah saat muncul mobil era baru
Vice President Infrastructure and General Affairs Formula E Jakarta Irawan Sucahyono di Kantor Jakpro, Thamrin City, Jakarta Pusat, Kamis (9/6/2022). (ANTARA/ Abdu Faisal)
Sirkuit Formula E di Ancol merupakan "street circuit" yang lokasinya bukam di daerah yang dilalui oleh pengguna lalu lintas umum. Menurut Irawan, itu adalah suatu kelebihan dari JIEC Ancol karena sirkuit itu bisa digunakan kapan saja, tanpa mengganggu ketertiban umum sehingga izin untuk menggelar balapan pun lebih mudah.

"Sirkuit ini aman untuk kegiatan itu (balapan) bahkan satu-satunya yang sudah homologasi FIA," ujar Irawan.

Selain itu, potensi JIEC Ancol digunakan untuk balapan lain, misalnya balap sepeda motor pun memungkinkan.

Memang, kondisi yang sekarang ini, JIEC baru aman digunakan untuk balapan mobil dan tidak aman untuk balapan sepeda motor. Tapi Irawan mengatakan kalau JIEC Ancol mau dikembangkan untuk sepeda motor masih bisa dengan sedikit perubahan.

Perubahan yang dimaksud kemungkinan akan banyak dilakukan pada area "run off" dengan penambahan gravel dan rumput pada tepi dari trek (first protection). Kalau untuk sepeda motor, tidak boleh tepinya itu langsung ke tembok (barrier).

"Memang di zaman dulu boleh, zaman sekarang (sirkuit balap motor) sudah tidak lagi boleh tepinya langsung ke tembok. Kita lihat sirkuit terakhir yang tepinya berbentuk barrier itu di Macau, sampai sekarang masih begitu. Tapi saya rasa FIA enggak ngasih lagi," tutur Irawan.

Desain sirkuit Formula E di Ancol, Jakarta Utara berbeda dengan desain sirkuit Formula E di negara-negara lain. Menurut Irawan, sirkuit di Ancol memiliki zona "Attack Mode" yang memungkinkan pembalap menyalip pada beberapa tikungan.

"Biasanya kalau overtake ‘kan dapatnya selalu
di trek lurus agak panjang. Nah, di sini kita melibatkan banyak sekali posisi-posisi itu. Tapi overtake tak bisa terjadi jika mobil di depan pembalap ada di racing line yang benar,” kata Irawan.

Menurut Irawan, hal itulah yang membuat sirkuit Formula E di Ancol menjadi andalan dan berbeda dengan sirkuit di negara-negara lain.

Sirkuit internasional Formula E Jakarta dibangun dengan mematangkan jalan yang sudah ada kawasan Pantai Karnaval Ancol, tepatnya di sisi selatan Ancol Beach City (ABC) Mall. Kini memiliki panjang lintasan 2,4 kilometer, lebar 12 meter dan jumlah tikungan 18.

Dengan lebar trek 12 meter itu, mobil Formula E cukup ruang untuk melakukan "overtake" dan menyalip lawan. Sedangkan di sirkuit Formula E lainnya yang dibangun di jalan raya, hanya memiliki 3 jalur yang lebar standarnya 10,5 meter. Ukuran mobil Formula E Gen 2 saat ini memiliki panjang 5,1 meter, lebar 1,7 meter, tinggi 1 meter dan wheelbase 3,1 meter. Sedikit lebih kompak dibanding mobil Formula One (F1).

Baca juga: Verstappen miliki urusan yang belum selesai di Baku

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2022