Tripoli (ANTARA News) - Ketua komisi Afrika Bersatu Jean Ping tiba di Libya pada Senin untuk kunjungan pertama sejak Moammar Gaddafi digulingkan, kata pejabat dalam perutusannya.

Ia langsung ke pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Ashur bin Khayyal dan bertemu dengan Perdana Menteri Abdel Rahim al-Kib, lapor AFP.

Ping menyatakan pembicaraannya berpusat pada upaya Afrika Bersatu (AU) membantu memulihkan keamanan dan bantuan pembangunan kembali pasca-perang di Libya serta memperbaiki hubungan dengan tetangganya di Afrika, kata kantor berita Libya LANA.

Dikatakannya bahwa mereka juga membahas acara temu puncak Afrika Bersatu pada akhir Januari di Addis Ababa.

AU baru mengakui kepemimpinan baru Libya pada September, setelah gagal menjadi penengah dalam kemelut antara pemberontak dengan Gaddafi, pendiri lembaga pan-Arab itu.

Pemberontak, yang mendapat dukungan persekutuan pertahanan Atllntik utara NATO, menolak saran AU untuk berembuk dengan pemerintah Gaddafi.

Gempuran NATO di Libya meninggalkan luka pada benua Afrika, yang perlu waktu lama untuk menyembuhkannya, kata Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma pada Desember 2011.

Zuma, yang merupakan bagian dari badan tingkat tinggi AU, yang gagal menengahi gencatan senjata di Libya, mengeluhkan peran beberapa negara Barat dalam kemelut Libya.

"Cara beberapa negara maju memperlakukan Libya mengakibatkan luka, yang Afrika perlu bertahun-tahun untuk menyembuhkannya," kata Zuma dalam kunjungan sehari ke Nigeria.

"Negara maju dengan rencana mereka membajak unjukrasa murni demokrasi rakyat Libya untuk rencana mereka mengganti penguasa," kata Zuma.

Ia menyatakan Libya dibom berbulan-bulan atas nama menyelamatkan nyawa warga dan akhirnya pemimpinnya dibunuh, tidak ditangkap dan diadili bahwa ia melakukan kejahatan. "Itu hanya bisa terjadi di Afrika, tidak di tempat lain," katanya.

"Jadi, kami menyeru rakyat Afrika bersatu," katanya tegas.

Ia menyatakan AU juga akan berupaya bekerja sama dengan Liga Arab untuk membangun demokrasi di Libya.

"Kita harus sungguh-sungguh memastikan bahwa kita tidak akan mengulangi yang terjadi di Libya," kata Zuma.

Mantan wakil perdana menteri Libya Ali Tarhuni pada Desember menyatakan kedaulatan Libya dalam bahaya, dengan secara tersirat menuduh Qatar ikut campur dalam urusan negaranya.

"Saya melihat bahaya bagi kedaulatan Libya. Saya melihat ancaman terhadap kekayaan rakyat Libya," kata Tarhuni kepada wartawan, dengan menyebut diri mantan wakil perdana menteri Libya.

Tarhuni, yang juga pemimpin perminyakan dan keuangan Libya tengah Desember, menyatakan negara Afrika utara itu menghadapi tantangan besar keamanan dan ekonomi.

"Beberapa negara berdiri bersama kami dan semua negara itu memiliki kepentingan. Beberapa dari negara itu mulai berpikir bahwa mereka memiliki pengaruh, yang merupakan kesalahan," katanya.

Jajaran pemerintahan baru di Tripoli dipuji Washington pada ahir Nopember sebagai "langkah penting" demokrasi, tapi dikecam di dalam negeri Libya, yang menyoroti tantangan persatuan setelah 42 tahun kekuasaan Gaddafi.

Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin pada tengah Desember menuduh pasukan khusus Amerika Serikat terlibat dalam pembunuhan Gaddafi.

"Pesawat tak berawak, termasuk milik Amerika Serikat, menyerang iringannya, kemudian dengan radio -melalui pasukan khusus, yang seharusnya tidak ada di sana- melibatkan yang disebut lawan dan pejuang membunuhnya tanpa pengadilan atau penyelidikan," katanya. (B002/Z002)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012