Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi I DPR RI Christina Aryani mengingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia agar senantiasa menerapkan etika saat menggunakan internet atau berinternet guna menjaga nama baik Indonesia di mata dunia.

“Sebetulnya di dunia digital ini ada yang kita kenal sebagai sopan santun bermedia digital. Istilahnya, etika berinternet, yaitu seperti dalam pergaulan biasa, ada tata krama. Dalam penggunaan internet, ada tata krama yang perlu diterapkan,” kata Christina saat menjadi narasumber dalam webinar Ngobrol Bareng Legislator bertajuk “Budaya Digital: Hadirkan Etika di Ruang Digital”, sebagaimana dipantau di Jakarta, Jumat.

Apabila masyarakat Indonesia tidak menerapkan etika berinternet, menurut Christina, dunia akan mengenali bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berperilaku tidak sopan.

Baca juga: Kominfo bentuk Komite Etika Berinternet

Ia memberikan contoh survei oleh Microsoft yang dimuat dalam laporan bertajuk "Digital Civility Index (DCI)". Christina mengatakan laporan tersebut merupakan laporan pengukuran tingkat kesopanan pengguna internet di 32 negara di dunia. Pada tahun 2021 dalam laporan tersebut, Indonesia menempati peringkat ke-29.

“Ini (urutan) terendah di Asia Pasifik. Ini menjadi temuan yang tidak membanggakan,” ujar dia.

Dengan demikian, melalui laporan dari Microsoft itu, Christina mengatakan masyarakat dunia menganggap bangsa Indonesia memiliki etika yang lebih rendah dibandingkan bangsa-bangsa lain, padahal kemungkinan survei itu hanya dilakukan pada sebagian masyarakat.

Baca juga: Tips bagi orangtua agar anak aman di ranah online

“Ketika Microsoft melakukan survei, mungkin yang disurvei adalah sebagian orang-orang Indonesia, mungkin berapa ratus orang atau biasanya itu 1.200 responden. Tetapi, yang ditampilkan sebagai hasil akhirnya adalah bangsa Indonesia. Kita dicap sebagai bangsa yang etika digitalnya masih jauh dan rendah dibandingkan bangsa lain,” jelas Christina.

Christina menyampaikan panduan dalam menerapkan etika saat menggunakan internet ataupun media digital sebagaimana dimuat dalam modul-modul literasi digital yang ada dalam laman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, di antaranya masyarakat perlu terus mengingat adanya keberadaan orang lain sehingga dalam membagikan sesuatu di dunia maya, mereka perlu mempertimbangkan reaksi dan sikap pengguna internet lainnya.

Baca juga: Tips psikolog jaga keamanan anak di dunia maya

Kemudian, lanjut Christina, masyarakat perlu menerapkan standar perilaku di dunia daring yang sama dengan standar perilaku di dunia nyata.

“Dalam dunia nyata, kita terbiasa bersikap sopan. Di media sosial, kita tidak mungkin menjadi orang yang berbeda dari kehidupan nyata,” kata dia.

Berikutnya, Christina menyampaikan bahwa masyarakat perlu berpikir terlebih dahulu sebelum membagikan komentar di dunia digital, menggunakan bahasa yang sopan dan santun, serta menjadi pembawa damai dalam diskusi daring yang sehat dan menghormati privasi orang lain.

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022