Jakarta (ANTARA) -
Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengatakan, partai politik itu memilih untuk memperkuat struktur organisasi dan bekerja menyelesaikan masalah rakyat dan negara dibanding sekedar bermanuver politik dan manuver calon presiden demi kepentingan meningkatkan elektabilitas.
 
"Jadi masalah pemimpin ini bukan sekadar masalah elektoral. Mari kita lihat masalah bangsa ini. Hari ini di media sosial beredar apa yang disebut sebagai 'world university' ranking. Ranking universitas kita Gadjah Mada itu berada pada tingkat 224 di dunia," kata dia, saat memberikan pengarahan pada Pembukaan Pendidikan Kader Perempuan Tingkat Nasional 2022 di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat.

Baca juga: Hasto dorong perguruan tinggi olah SDM Indonesia jadi pemimpin dunia

Menurut dia, di hadapan peserta pendidikan, dari pada sibu bermanuver politik, sebaiknya para kader meningkat pendidikan.
 
"Jadi, daripada sibuk-sibuk manuver politik, mendingan kita tingkatkan pendidikan kita. Masa kita kalah dengan National University of Singapore posisi 11, Nanyang posisi 17 posisi 70 123, 129 itu dari Malaysia," tuturnya.

Sesuai arahan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, kata dia, PDI Perjuangan ingin mengajak semua pihak berpolitik kembali ke dasar dan kembali ke masalah mendasar negara kita atau berpolitik dengan fokus menyelesaikan masalah fundamental bangsa.

Baca juga: Geliat kader PDI Perjuangan usung Puan jadi capres terus menguat
 
"Itu sebenarnya tugas kita. Kalau sedikit-sedikit bergerak pada instrumen-instrumen elektoral, ini bisa menggeser persoalan pokok yang kita hadapi. Jadi banyak masalah lebih penting daripada sekadar berbicara tentang soal kelincahan manuver politik. Itu adalah semangat yang ingin dibawa PDI Perjuangan," kata dia di hadapan kader.

Pria kelahiran Yogyakarta ini menuturkan, banyak masalah yang dihadapi bangsa Indonesia yang harus dicari jawabannya, dan bukan dengan instrumen popularitas saja.

Sebaliknya, politik barus membangun spirit kolektif untuk maju dan bersifat progresif membangun kepemimpinan Indonesia di dunia.

Baca juga: Pengamat: PDI Perjuangan harus berkoalisi di Pilpres 2024
 
"Daripada sok asyik ikutan dalam pergerakan politik elite, langkah-langkah organisasi, kaderisasi peran perempuan, pelatihan saksi, itu lebih penting. Ini adalah jawaban PDI Perjuangan agar politik membumi politik betul-betul mengakar, politik tidak berada di awang-awang. Sehingga untuk mencalonkan saja, persyaratan belum cukup, lalu bergerak lincah. Padahal harusnya pergerakan itu ke bawah dengan mendidik rakyat, dengan berlomba-lomba mendidik rakyat bergerak ke bawah untuk memajukan bangsa," paparnya.
 
Ia juga mengingatkan agar kader PDI Perjuangan tak tergoda dengan model politik liberal yang mengedepankan elektabilitas.

Baca juga: Anggota DPR: Puan penuhi kriteria pemimpin karena ditempa sejarah
 
"Politik liberal ini, mendapat prestasi sepertinya kalau sudah punya media, punya tv, kalau sudah memasang alat-alat elektoral, kalau sudah memiliki lembaga survei, padahal bukan itu. Sehingga politik dalam watak yang liberal akan berbahaya ketika yang dikedepankan hanya sekedar elektoral," ujarnya.
 
Sehingga di masa lalu itu, tambah dia, ada yang menyalahgunakan hukum dan hukum dijadikan sebagai suatu alat.

Baca juga: Puan Maharani salurkan bantuan ribuan paket sembako di Tanggerang
 
"Ada beberapa kader PDI Perjuangan yang karena punya persoalan, lalu ditekan secara hukum dan kemudian agar pindah ke partai tertentu. Setelah pindah, masalah hukumnya bisa lenyap saudara-saudara. Itu karena orientasi kepartaian yang hanya ke elektoral. Kalau kita PDI Perjuangan lebih memilih menangis dan tertawa bersama rakyat saudara-saudara sekalian. Itu adalah pilihan ideologis kita," kata dia.
 

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2022