Jakarta (ANTARA) - Pakar kesehatan Dr. dr. Andani Eka Putra, MSc mengingatkan perlunya meningkatkan pengurutan genom menyeluruh (whole genome sequencing/WGS) untuk mendeteksi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 guna mendukung upaya pengendalian penyebaran COVID-19.

“Pemeriksaan WGS perlu ditingkatkan, terutama untuk sampel kasus positif COVID-19 yang terdapat pada daerah-daerah yang mengalami peningkatan kasus, peningkatan hospitalisasi dan peningkatan angka kematian,” kata dia pada acara Webinar PDPI dengan tema "Waspada Omicron Subvarian BA.4 dan BA.5 Dalam Masa Transisi Menuju Endemi" yang diakses di Jakarta, Minggu.

Tenaga Ahli Menteri Kesehatan RI itu, menambahkan saat ini terdapat peningkatan kasus di Indonesia, selain itu ditemukan kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di DKI Jakarta dan Bali.

“Kendati terdapat peningkatan kasus namun masih belum terlihat hubungan peningkatan kasus dengan penemuan BA.4 dan BA.5 dalam 15 hari sejak ditemukan, masih perlu pemantauan lebih lanjut,” katanya.

Terkait hal tersebut, Kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas itu mengingatkan perlunya pengurutan genom menyeluruh untuk mendeteksi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 serta peningkatan surveilans guna mengantisipasi penyebaran COVID-19.

Baca juga: Masyarakat diminta disiplin prokes seiring munculnya subvarian baru

Ia juga mengingatkan praktik 3T di daerah-daerah terus dioptimalkan guna mempercepat penanganan pandemi COVID-19.

"Praktik 3T perlu diperkuat selain itu juga dibarengi dengan disiplin penerapan protokol kesehatan serta vaksinasi,” katanya.

Dia menjelaskan praktik 3T yang dimaksud adalah pemeriksaan (testing), pelacakan (tracing) dan pengobatan (treatment).

Menurutnya, peningkatan kapasitas 3T terutama di level mikro harus terus diintensifkan guna menekan risiko penularan dan penyebaran COVID-19.

Ketua Kelompok Kerja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) menjelaskan subvarian BA.4 dan BA.5 memiliki banyak mutasi yang sama dengan varian Omicron asli.

“Akan tetapi memiliki lebih banyak kesamaan dengan subvarian yang sudah ada sebelumnya yakni BA.2. Kedua subvarian mengandung substitusi asam amino L452R, F486V dan R493Q dalam ‘spike receptor binding domain’ dibandingkan dengan BA.2,” katanya.

Dokter spesialis paru dari RSUP Persahabatan itu, menambahkan berdasarkan data sementara diketahui bahwa subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 memiliki kemungkinan menyebar lebih cepat dibandingkan subvarian sebelumnya.

“Kendati demikian, tidak ada indikasi subvarian ini menyebabkan kesakitan lebih parah dibandingkan varian Omicron sebelumnya,” katanya.

Baca juga: Ilmuwan: Dua subvarian Omicron bisa picu gelombang baru COVID-19
Baca juga: Luhut ingatkan pemakaian masker waspadai varian baru omicron

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022