Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Bedah Saraf dari Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Saraf sekaligus dr. Mahdian Nur Nasution, Sp.BS memperkenalkan teknologi sunat atau sirkumsisi dengan metode laser yang prosesnya memakan waktu tiga menit.

Baca juga: Hal yang perlu diketahui tentang sunat, metode dan kontrol setelahnya

Metode sunat laser yang diklaim pertama di Indonesia ini menggunakan teknologi Optical Microwave Amplification by the Stimulated Emission of Radiation (MASER) dari Jerman.

"Teknologi ini memiliki prinsip dasar mengalirkan gelombang elektromagnetik melalui fiber optik yang diproses melalui generator sehingga memiliki efek potong yang presisi dan tanpa luka bakar," kata dr. Mahdian di Rumah Sunat dr. Mahdian, Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan, anggapan tentang "sunat laser" yang selama ini beredar sebetulnya tidak memakai alat laser, melainkan elektrokauter yang tidak menggunakan sinar dan berisiko. Alat ini mengeluarkan panas yang berisiko menimbulkan luka bakar, jika mengenai saraf, dampaknya dapat berbahaya karena mengganggu fungsi penis.

Baca juga: Dokter Reisa ungkap mitos seputar sunat

Ia mengatakan, teknologi laser yang dulu disebut MASER ini sebenarnya menggunakan sinar laser, menggunakan panjang gelombang tertentu, sinarnya fokus pada titik tertentu alias presisi, mengeluarkan cahaya dengan intensitas tinggi dan tidak menyebabkan luka bakar.

Laser sebelumnya sudah dipakai di dunia medis untuk pengobatan kelainan kulit, batu ginjal, operasi mata hingga tumor.

Teknologi ini ia pakai karena punya risiko komplikasi yang minimal dan tidak menyebabkan kerusakan jaringan. Dengan waktu tindakan kurang dari tiga menit, tanpa jahitan, perdarahan relatif minimal hingga hampir tanpa perdarahan, sunat dengan metode laser disebut tanpa rasa nyeri dan proses penyembuhan pun lebih cepat.

Pada kondisi normal, luka bisa sembuh selama tiga hingga lima hari terutama bila tak ada inflamasi berlebihan. Jika perawatan pascasunat tidak baik, misalnya bagian yang disunat terkena debu atau kotor serta disentuh-sentuh, penyembuhan bisa lebih lama. Namun, pada umumnya anak yang sudah dikhitan dengan metode ini bisa langsung beraktivitas pada hari berikutnya. Setelah sunat, disarankan untuk kontrol kembali agar tenaga medis bisa memeriksa bekas luka sunat.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Periode 2018-2021 dr. Daeng Mohammad Faqih, SH., MH, mengatakan metode ini merupakan terobosan mutakhir yang patut diacungi jempol karena memberikan rasa aman terhadap pasien.

"Ini terobosan pelayanan medis untuk sunat di Indonesia," tutup Daeng.


Baca juga: Anak laki-laki sebaiknya disunat saat bayi

Baca juga: Dokter didorong tingkatkan kompentensi lakukan sunat

Baca juga: Hubungan seksual bisa sebabkan "mr.P" patah?

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022